Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mengetahui adanya
kelainan abdomen pada pasien.
Pemeriksaan fisik abdomen prosedurnya diawali. Memperkenalkan
diri dan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan. Penderita dipersiklahkan
untuk membuka baju seperlunya dan meminta berbaring dengan posisi pemeriksa
disebelah kanan pasien. Penderita dibuat rileks dengan menekuk lutut dan
mengajak berbicara. Penderita diminta untuk memberikan respon terhadap
pemeriksaan (rasa sakit) dll.
Prinsip pemeriksaan abdomen yakni:
Inspeksi-Auskultasi-Perkusi-Palpasi. Inspeksi dengan posisi berdiri (kulit
tidak tampak vena melebar (melebar sindroma Cushing/ Cirhosiss hepatis),
umbilikus tidak hernia, contour abdimen datar (membelendung kantung kencing
penuh/hamil belendung ascites), dinding abdomen simetri. Perut kembung
menandakan adanya gangguan intraluminal. Pasien diminta bernafas lalu inspeksi
tidak tampak adanya pembesaran organ atau masa. Inspeksi juga dilakukan
terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk.
Auskultasi dilanjutkan dengan diafragma stetoskop adanya
bising usus (normalnya 5-12 kali/menit), juga di epigastrium mendengar suara
aorta (gangguan pada aneurisma aorta), pada arteri inguinal tidak ada bising.
Bising usus bisa disertai bising tambahan yakni borborygmi/suara panjang atau
metalic sound (klinkend, oleh adanya resonansi akibat obstruksi).
Perkusi dilakukan sebagai orientasi pada keempat kuadran
abdomen dominan suara timpani (ada feses/ cairan redup), di kandung kemih
(timpani/redup). Perkusi dilakukan pada dada bagian bawah antara paru dan arkus
costa (suara redup dikanan karena ada hepar, suara timpani di kiri karena
adanya fleksura splenikus kolon) kalo keduanya redup asites (ditandai).
Normalnya suara hepar adalah pekak karena adanya tekanan intrabdominal yang
hampir negatif yang mengakibatkan organ menempel pada perioteneum, sehingga bila
ada udara pekaknya menghilang.
Palpasi superficial dilakukan untuk melihat ada ketegangan
otot, nyeri tekan lepas atau tidak (prinsipnya dilakukan pada area yang diduga
tidak nyeri/normal dulu), masa dengan ujung jari bersamaan dengan lembut semua
kuadran. Nyeri pada abdomen ada yang sifatnya visceral (hilang timbul, tidak
bisa ditunjuk dengan jelas), ada yang somatik (bisa ditunjuk dengan jelas).
Kelainan pada dinding ditandai dengan hilangnya nyeri apabila ada ketegangan
perut jika masih nyeri berarti ada kelainan dari dalam dinding perut.
Palpasi adanya masa, dilihat konsistensinya apakah padat keras
(seperti tulang), padat kenyal (seperti meraba hidung), lunak (seperti pangkal
pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista (ditekan mudah berpindah seperti
balon berisi air, berisi cairan). Adanya tumor pada abdomen diperkirakan dari 9
regio anatominya. Ukuran massa ditentukan dengan pasti yakni dengan
meteran/jangka sorong mengenai panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada
peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita).
Pada palpasi selain memikirkan organ didalam, dipikirkan pula
pembuluh darah di abdomen. Abdomen ditekan kuat-kuat bagian atas sedikit ke
sebelah kiri untuk merasakan pulsasi aorta (tumor abdomen bisa keliru dengan
aneurisma aorta). Aneurisma aorta ditandai ada pulsasi ke segala arah sedangkan
tumor hanya pada 1 arah. Palpasi organ intraperitoneal sifatnya mobile,
sedangkan organ retroperitoneal sifatnya fixed (seperti ginjal yang kalau
ternyata mobile pada wandering kidney).
Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya: (1)
Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas
suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh
dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah); (2) Melakukan
palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada midline
abdomennya (kanan kiri). Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan
pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya getaran yang diteruskan
cairan asites.
Untuk pemeriksaan hepar prosedur tambahannya yaitu dengan
perkusi batas bawah hepar: Mulai dari bawah umbilikus di mcl kanan perkusi dari
bawah ke atas sampai suara redup (tidak ada pergeseran ke bawah/ Obstruksi paru
kronik). Dilanjutkan perkusi batas atas hepar: daerah paru ke bawah sampai
suara redup. Tinggi antara daerah redup (tidak ada pembesaran hepar) diukur.
Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang
penderita menyangga costa ke-11/12 sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong
ke depan, diraba dari depan dengan tangan kanan (bimanual palpasi). Tangan
kanan ditempatkan pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah hepar dan
tekan lembut ke arah atas. Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa
sentuhan hepar bergerak ke bawah (tangan dikendorkan agar hepar meluncur
dibawah jari sehingga meraba permukaan yang lunak tidak berbenjol, tepi
tegas/tajam, tidak ada pembesaran).
Untuk pemeriksaan lien prosedur tambahannya dengan perkusi
daerah ics terbawa di linea axillaris anterior kiri (timpani). Pasien diminta
menarik nafas panjang lakukan perkusi lagi (kalau redup berarti pembesaran
limfe atau bisa normal false positive splenic percussion sign). Perkusi
dilakukan pada daerah redup dari berbagai arah (redup meluas berarti pembesaran
limpa) perlu dilakukan palpasi untuk memastikan
Palpasi lien dilakukan dengan meletakkan tangan kiri menyangga
dan mengangkat costa bagian bawah kiri sebelah penderita. Tangan kanan
diletakkan di bawah arcus aorta kemudian tekan ke arah lien. Penderita diminta
bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari (lien membesar atau
tidak). Pemeriksaan (palpasi dan perkusi) diulangi pada posisi pasien miring ke
kanan dengan tungkai paha dan lutut flexi agar lien mudah teraba. Jarak letak
lien diperkirakan dengan costa kiri terbawah
Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan
melakukan palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien. Tangan kiri
diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari
menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan). Tangan
kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus,
minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan
dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan
(tentukan ukuran, nyeri tekan ga). Pasien diminta membuang nafas dan berhenti
napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu
ekspirasi. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri
penderita, Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan. Tangan
kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus,
minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri
dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan
(normalnya jarang teraba)
Untuk pemeriksaan ketok ginjal prosedur tambahannya dengan
memperlsilahkan penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan
pemeriksa berdiri di belakang penderita. Satu tangan diletakkan pada sudut
kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul
dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan). Satu tangan diletakkan
pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan
memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri). Penderita
diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.
Pemeriksaan abdomen dapat diakhiri dengan colok dubur
(sifatnya kurang menyenangkan sehingga ditaruh paling akhir). Pemeriksaan ini
dapat dilakukan pada pasien dalam posisi miring (symposisi), lithotomi, maupun
knee-chest. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan satu tangan maupun dua tangan
(bimanual, satu tangannya di atas pelvis). Colok dubur perlu hati-hati karena
sifat anus yang sensitif, mudah kontraksi. Oleh karena itu colok dubur
dilakukan serileks mungkin menggunakan lubrikasi. Sebaiknya penderita kencing
terlebih dahulu. Pada posisi lithotomi diagnosis letak kelainan menggunakan
posisi jam yakni jam 3 sebelah kanan, jam 9 sebelah kiri, jam 6 ke arah sacrum
dan jam 12 ke arah pubis.
http://drofidwiantoro.blogspot.com/2011/01/kolesistitis-penyakit-batu-empedu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar