Definisi
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis =
perlindungan). Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan. Anafilaksis
adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama
kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensitisasi. Syok anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah reaksi
anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran.
Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda
biasanya diterapi sebagai anafilaksis.
Sejarah
Tahun 2641 SM, seorang Pharao meninggal mendadak
Raja Menes meninggal tidak seberapa lama setelah disengat tawon (wasp). Tahun
1902, dua ilmuwan Perancis yang bekerja di Mediterania menemukan phenomena yang
sama dengan yang terjadi pada Pharao itu. Richet dan Portier, menginjeksi
anjing dengan ekstrak anemon laut, setelah beberapa lama diinjeksi ulang dengan
ekstrak yang sama . Hasilnya anjing itu mendadak mati. Phenomena ini mereka
sebut aldquo; Anaphylaxis”. Atas kerjanya ini,
Richet dianugerahi Nobel pada tahun 1913.
Patofisiologi
Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan
dalam hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipesegera (Immediate type
reaction).
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
Fase Sensitisasi Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit
dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran
makan di tangkap oleh Makrofag.
Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut
kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang
menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit).
Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E)
spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor
permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Fase Aktivasi Yaitu waktu selama terjadinya
pemaparan ulang dengan antigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan
isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang . Pada
kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi
akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu
pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan
beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah
Preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam
arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan
Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut
Newly formed mediators. Fase Efektor Adalah waktu terjadinya respon yang
kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil
dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan
efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya
menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos.
Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik
menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan
bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien.
Alergen
Terr menyebutkan beberapa golongan alergen yang
dapat menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau
racun serangga dan alergen lain yang tidak bisa di golongkan.
Allergen penyebab Anafilaksis Makanan
Krustasea :
Lobster, udang dan kepiting
Moluska :
kerang Ikan Kacang-kacangan dan biji-bijian Buah beri Putih telur Susu
Obat Hormon :
Insulin, PTH, ACTH, Vaso-presin, Relaxin
Enzim : Tripsin,Chymotripsin,
Penicillinase, As-paraginase Vaksin dan Darah
Toxoid :
ATS, ADS, SABU Ekstrak alergen untuk uji kulit Dextran
Antibiotika :
Penicillin, Streptomisin, Cephalosporin, Tetrasiklin, Ciprofloxacin, Amphotericin
B, Nitrofurantoin.
Agent diagnostik-kontras : Vitamin B1, Asam folat Agent
Anestesi : Lidocain, Procain,
Lain-lain :
Barbiturat, Diazepam, Phenitoin, Protamine, Aminopyrine, Acetil cystein ,
Codein, Morfin, Asam salisilat dan HCT Bisa serangga Lebah Madu, Jaket kuning,
Semut api Tawon (Wasp). Lain-lain Lateks, Karet, Glikoprotein seminal fluid
Gejala klinis
Anafilaksis merupakan reaksi sistemik, gejala yang
timbul juga menyeluruh.
Gejala permulaan: Sakit Kepala, Pusing, Gatal dan
perasaan panas Sistem Organ Gejala Kulit Eritema, urticaria, angoedema,
conjunctivitis, pallor dan kadang cyanosis Respirasi Bronkospasme, rhinitis,
edema paru dan batuk, nafas cepatdan pendek, terasa tercekik karena edema
epiglotis, stridor, serak, suara hilang, wheezing, dan obstruksi komplit.
Cardiovaskular Hipotensi, diaphoresis, kabur pandangan, sincope, aritmia dan
hipoksia Gastrintestinal Mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia,
inkontinensia urin SSP, Parestesia, konvulsi dan kom Sendi Arthralgia
Haematologi darah, trombositopenia, DIC
Diagnosis
Anamnesis Mendapatkan zat penyebab anafilaksis
(injeksi, minum obat, disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit )
Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,sekarnafas, lemas,
pusing, mual,muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu.
Fisik diagnostik Keadaan umum : baik sampai buruk
Kesadaran Composmentis sampai Koma Tensi : Hipotensi, Nadi:Tachycardi, Nafas :
Kepala dan leher : cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edema
periorbita, perioral, rhinitis Thorax aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme,
stridor, rhonki dan wheezing, Abdomen : Nyeri tekan, BU meningkat Ekstremitas :
Urticaria, Edema ekstremitas Pemeriksaan Tambahan Hematologi : Hitung sel
meningkat Hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik/ normal / turun. X
foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug, EKG :
Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia, Kimia meningkat, sereum
triptaase meningkat
Diagnosis banding
- Syok bentuk lain
- Asma akut
- Edema paru dan emboli paru
- Aritmia jantung
- Kejang
- Keracunan obat akut
- Urticaria
- Reaksi vaso-vagal
Penatalaksanaan dan Management
- Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga
menyebabkan reaksi anafilaksis
- Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal
daerah masuknya obat atau sengatan hewan
longgarkan 1-2 menitn tiap 10 menit.
- Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg, kaki
lebih tinggi dari kepala (posisi shock)
dengan alas keras.
- Bebaskan airway, bila obstruksi
intubasi-cricotyrotomi-tracheostomi
- Berikan oksigen, melalui hidung atau mulut 5-10
liter /menit bila tidak bia persiapkandari
mulut kemulut
- Pasang cathether intra vena (infus) dengan cairan
elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis,
0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa) monitoring
dengan Tensi dan produksi urine
- Pertahankan tekanan darah sistole >100mmHg
diberikan 2-3L/m2 luas tubuh /24 jam
Bila 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam
- Bila perlu pasang CVP
Medikamentosa I.
Adrenalin 1:1000, 0,3 –0,5 ml SC/IM lengan atas ,
paha, sekitar lesi pada venom, Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-30
menit, Pemberian IV pada stadium terminal /pemberian dengan dosis1 ml gagal ,
1:1000 dilarutkan dalam 9 ml garam faali diberikan 1-2 ml selama 5-20 menit
(anak 0,1 cc/kg BB)
Medikamentosa II.
Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau PO
(1-2 mg/kg BB) sampai 50 mg dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam
selama 48 jam, bila tetap sesak + hipotensi segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/
IV) maximal 200mg IV
Medikamentosa III.
Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6 mg/
kg BB dilarutkan dalam 10 ml garam faali atau D5, IV selama 20 menit
dilanjutkan 0,2 –1,2 mg/kg/jam IV. Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5
mg/kg selama 4-6 jam, pemberian selama 72 jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin
300mg setelah 3-5 menit Monitoring
Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut
tiap 2 jam sampai keadaan fungsi membaik
- Klinis : keadaan umum, kesadaran, vital sign,
produksi urine dan keluhan
- Darah : Gas darah
- EKG Komplikasi (Penyulit) Kematian karena edema
laring , gagal nafas, syok dan cardiac
arrest. Kerusakan otak permanen karena syok dan
gangguan cardiovaskuler. Urtikaria dan
angoioedema menetap sampai beberapa bulan, Myocard
infark, aborsi dan gagal ginjal juga
pernah dilaporkan.
Prevensi (Pencegahan)
- Mencegah reaksi ulang
- Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi
diberikan (obat,makanan,atopik)
- Lakukan skin test bila perlu
- Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV
dan observasi selama pemberian
- Catat obat px pada status yang menyebabkan alergi
- Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok
anafilaktik.
- Desensitisasi alergen spesifik
- Edukasi px supaya menghindari makanan atau obat
yang menyebabkan alergi
- Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan
emergency kit Prognosis Bila penanganan cepat,
klinis masih ringan dapat membaik dan tertolong
Algoritme Management Penderita Syok Anafilaktik
Ringan:
- Baringkan dalam posisi syok, Alas keras
- Bebaskan jalan nafas
- Tentukan penyebab dan lokasi masuknya
- Jika masuk lewat ekstremitas, pasang torniquet
- Injeksi Adrenalin 1:1000 – 0,25 cc (0,25mg) SC
Sedang
- Monitor pernafasan dan hemodinamik
- Suplemen Oksigen
- Injeksi Adrenalin 1:1000- 0,25cc(0,25mg)
IM(Sedang) atau 1:10.000 – 2,5-5cc (0,25-0,5mg) IV(Berat), Berikan sublingual
atau trans trakheal bila vena kolaps
- Aminofilin 5-6mg/kgBB IV(bolus), diikuti
0,4-0,9mg/kgBB/menit perdrip (untuk bronkospasme persistent)
- Infus cairan (pedoman hematokrit dan produksi
urine) Berat
- Monitor pernafasan dan hemodinamika
- Cairan, Obat Inotropik positif, Obat vasoaktif
tergantung hemodinamik
- Bila perlu dan memungkin- rujuk untuk mendapat
perawatan intensif RJPO § Basic dan
Advanced Life Support (RJPO) ———–Arrest Nafas dan
Jantung.
Daftar Pustaka
- Rab, Prof.Dr. H tabrani. Pengatasan shock, EGC
Jakarta 2000, 153-161
- Panduan Gawat Darurat, Jilid I, FKUI, Penerbit
FKUI Jakarta 2000, 17-18
- Ho, Mt, Luce JM, Trunkey, DD, Salber PR, Mills J,
Resusitasi KardioPulmoner dan Syok,
EGC Jakarta 1990 : 76-78
- Purwadianto, A, Sampurna, B, Kedaruratan Medik,
Bina Rupa Aksara, Jakarta 2000, 56-57
- Effendi, C, Anaphylaxis dalam PKB XV , Lab. Ilmu
Penyakit Dalam FKUA/ RSUD Dr. Soetomo, 2000 : 91-99
- Rehata, NM, Syok Anafilaktik Patofisiologi dan
penanganan dalam up date on shock, pertemuan Ilmiah
terpadu I FKUA Surabaya, 2000 : 69-75
- Barata Widjaya, KG, Imunologi Dasar ed. 3 ,
Penerbit FKUI, 1996: 76-80
- Sunatrio, S, Penanggulangan Reaksi Syok
Anafilaksis dalam Anestesiologi, Bag. Anestesiologi dan terapi
intensif FKUI Jakarta 1990, 77-85
- Kondos, GT, Brundage, BH, Anaphylaxis dalam Don H,
Decission Making in critical care,
Baltimore, 1985, 46-47
- 10.Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci,
Kasper, Harrison’s,
Principle’s Internal Medicine 17th Companion
Handbook
http://adifkgugm.wordpress.com/tag/syok/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar