Trauma Kepala pada Anak
dari bahan kuliah : dr. Oktora, Sp.A
Trauma kepala
merupakan salah satu trauma yang sering terjadi pada anak-anak. Sekitar 5%
trauma kepala menyebabkan kematian di tempat kecelakaan.
Perbedaan
anatomi pada otak anak dibandingkan dengan dewasa membuatnya lebih mudah mengalami
luka dengan tipe tertentu setelah trauma kepala. Kepala anak-anak mempunyai
proporsi yang lebih besar dibanding luas permukaan tubuh dan kestabilannya lebih
tergantung dari ligamentum dibanding dari struktur tulang. Otak anak-anak
mengandung lebih banyak air, 88% dibandingkan 77% pada dewasa, yang membuat
otak lebih lunak dan lebih mudah
mengalami luka aselerasi-deselerasi. Kandungan air berbanding terbalik dengan
proses myelinisasi. Otak yang belum termyelinisasi lebih mudah mengalami luka.
Bayi dan anak-anak lebih bisa mentoleransi naiknya tekanan intrakranial oleh karena
masih terbukanya sutura (batas antara tulang kepala).
Berikut adalah hal-hal yang
sering menyebabkan trauma kepala
- Kecelakaan automobil (bisa dicegah dengan pemakaian sabuk pengaman)
- Kecelakaan bersepeda
- Kecelakaan saat jalan kaki
- Terjatuh
- Trauma yang bukan karena kecelakaan (mis. kejahatan pada anak)
- Penggunaan sepatu roda atau skate board
- Trauma lahir
Macam-macam tipe luka kepala:
- Luka pada kulit kepala:
Sering terjadi
pada trauma kepala dan sering mendasari kelainan patologi yang lain, sehingga
diperlukan eksplorasi terhadap benda asing atau adanya patah tulang tengkorak.
Pada bayi kecil robekan kulit kepala dapat menyebabkan syok. Pada trauma karena
proses kelahiran sering didapatkan caput
succedaneum dan sefalhematom. Caput succedaneum diakibatkan oleh
perdarahan di bawah kulit dan melewati garis sutura sedangkan sefalhematom
diakibatkan karena perdarahan subperiosteal (dibawah tulang tengkotak) dan
dibatasi oleh sutura
- Patah tulang tengkorak
Lokasi patah tulang
adalah penting karena bisa jadi melewati pembuluh darah besar dan mengakibatkan
perdarahan di dalam kepala.
- Patah dasar tulang tengkorak
Sering
didapatkan riwayat benturan pada bagian belakang kepala. Bisa didapatkan
kehilangan kesadaran, kejang atau gangguan syaraf. Anak dengan patah dasar
tulang tengkorak biasanya akan menderita mual, muntah dan kelemahan
berkepanjangan. Kelainan fisik meliputi Battle
sign (memar di daerah tulang mastoid), mata seperti raccoon, keluar cairan dari
hidung atau telinga, dan kelainan syaraf mata.
- Gegar otak
Bisa terjadi kehilangan kesadaran sementara. Pada bayi dan anak-anak bisa terjadi
kejang post trauma dan anak cenderung tidur dan muntah-muntah. Pada anak
yang lebih besar bisa dijumpai amnesia.
- Luka memar
Luka memar
adalah suatu daerah kebiruan atau robekan di jaringan lunak. Sering terjadi di
daerah frontal dan temporal. Penurunan kesadarn yang progresif biasanya terjadi
sekunder karena pembengkakan otak lokal, infark atau hematom yang terjadi
lambat.
- Hematom epidural
Terjadi diantara
tulang tengkorak dan duramater oleh karena robeknya arteri atau vena. Yang
berasal dari arteri akan mencapai puncaknya pada 6-8 jam sesudah trauma sedang
yang berasal dari vena akan berkembang dalam 24 jam atau lebih. Pasien bisa mengalami lucid interval antara waktu pertama kali kehilangan kesadaran dan
timbulnya gejala kelainan syaraf, walaupun ini jarang terjadi pada anak-anak.
- Hematom subdural
Berlokasi antara durameter dan korteks serebri.
Ditandai oleh penurunan kesadaran yang parah dan progresif. Bisa diakibatkan
oleh karena trauma lahir juga pada shaken
baby syndrome, yang ditandai dengan kejang, peningkatan lingkar kepala,
ubun-ubun yang menonjol, pupil mata yang tidak sama besar, dan gangguan napas.
- Luka tembus
- Perdarahan intraventrikular
Biasanya
diakibatkan oleh karena trauma yang ringan dan bisa sembuh spontan walaupun
pada perdarahan yang hebat bisa menyebabkan sumbatan pada aliran cairan otak
- Perdarahan subarachnoid
Diakibatkan oleh
kerusakan pembuluh darah kecil di otak. Gejala yang bisa muncul adalah mual, muntah, nyeri kepala,
gelisah, demam, dan kaku kuduk.
- Luka axonal menyeluruh
Disebabkan
karena proses aselerasi-deselerasi yang menyebabkan kerusakan jalur axon kecil.
Pasien bisa mengalami berbagai perubahan mental dan mengalami keadaan vegetatif
dalam waktu yang lama. Prognosisnya sering jelek.
Riwayat yang penting yang perlu diperhatikan
- Bagaimana trauma terjadi, ketinggian saat terjatuh, kecepatan
- Apakah mereka kehilangan kesadaran. Apakah langsung menangis ataukah ada henti napas atau pucat
- Apakah ada amnesia (hilang ingatan)
- Apakah ada kelainan syaraf, kejang atau kebutaan
- Apakah anak menjadi mengantuk, mual-mual, muntah-muntah atau nyeri kepala
- Apakah ada penyakit yang diderita sebelum terjatuh, mis penyakit perdarahan, epilepsi
- Apakah ada cairan keluar dari hidung atau telinga, bagaimana matanya
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh
orangtua:
- Apabila ada luka terbuka pada kulit kepala hubungi petugas kesehatan. Bila ada perdarahan tekanlah dengan kain yang bersih atau steril (bila punya) untuk menghentikan perdarahan. Bila ada pembengkakan, berikan es selama 20 menit
- Istirahatkan anak dengan cara disuruh berbaring sampai gejala-gejala menjadi jelas (setidaknya dalam 2 jam). Anak boleh tidur tetapi tetap dalam pengawasan sehingga kita bias memeriksa secara periodik
- Untuk diet hanya berikan cairan yang bening sampai anak bebas muntah selama 2 jam
- Jangan berikan obat anti nyeri
- Perhatian khusus dan kewaspadaan. Walaupun anak tampak baik-baik saja, awasi anak anda secara ketat dalam waktu 48 jam setelah trauma. Bangunkan anak dua kali dalam semalam. Bangunkan sampai dia bisa bicara. Tidurlah di ruangannya atau biarkan dia tidur di ruangan anda selama dua malam. Apabila pernapasan atau tidur menjadi tidak normal bangunkan dia untuk meyakinkan dia tidak dalam keadaan koma. Apabila anak tidak dpat diangunkan segera hubungi petugas kesehatan. Apabila anak tetap baik dalam 48 jam biarkan dia beraktifitas normal.
Anak-anak yang lebih muda (<2
tahun) lebih berisiko untuk mengalami trauma kepala dibanding dengan anak-anak
yang lebih besar. Tetapi tidaklah bijaksana apabila kita melakukan rontgen
kepala maupun CT-scan kepala pada
semua anak yang mengalami trauma kepala. CT-scan
kepala dilakukan apabila dijumpai hal-hal berikut ini
- Adanya sefalhematom
- Penurunan kesadaran yang lama
- Adanya luka tembus
- Teraba fraktur/patah tulang tengkorak
- Kelainan syaraf
- Pupil mata yang tidak sama
- Tanda-tanda fraktur dasar tengkorak (keluar cairan otak dari hidung dan telinga)
- Tanda-tanda tekanan intrakranial(dalam kepala) yang meningkat, mis. muntah-muntah, nyeri kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran
- Terjatuh lebih dari 15 kaki
Indikasi mondok
- Penurunan kesadaran
- Bingung berkepanjangan
- Muntah berlebihan
- Ada gangguan syaraf
- Kejang
- Fraktur/patah tulang tengkorak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar