Kita sering menghadapi berbagai macam
masalah, namun kita sering kurang tau masalah yang seharusnya menjadi prioritas
utama dan harus segera diselesaikan. Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu
masalah, kita harus mencari penyebab utama serta penyebab lain dari masalah
sehingga dapat menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu
menyelesaikan masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak
masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan
semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang
semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk
menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan
perangkat manajemen yang penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang
dapat digunakan:
1.
METODE HANLON
Metode yang dijelaskan di sini
memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang
relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin
sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode
Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku
Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times
Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman,
Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
* Memungkinkan para pengambil keputusan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam
menentukan prioritas
* Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke
dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
* Memungkinkan faktor-faktor agar dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan
berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola
kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada
komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas
solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety,
economic feasibility, acceptability, resource availability,
legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber
daya, dan legalitas)
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke
dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama
kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority
Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic
Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi
semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima
hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat
sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang
ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel.
Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu
pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan
menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan
akurat.
Komponen
Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang
faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase
dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni
insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat
dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk
maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain
itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada
solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya,
jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka
kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu.
Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit
cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen
ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah
biasanya merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan
faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah.
Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai
yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran
atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut
sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah
20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara
hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali
lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
* Urgensi: sifat alami dari kedaruratan
masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan
relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
* Tingkat keparahan: tingkat daya tahan
hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur
relatif.
* Kerugian ekonomi: untuk masyarakat
(kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan
bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah
0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan
apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor
biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan
batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai
numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan
menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat,
lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya, jika kematian prematur sedang
digunakan untuk menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan
menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa
baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor
dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang
paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari
penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan
sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat
berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan
dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau
0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x
0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan
193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas
0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan
mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan
didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan
dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor
itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan,
memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat
diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah
tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan
Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi
arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut
tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima
oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah
tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada
sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan,
dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah
"ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian
skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan
jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu
produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor
yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali
akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi
dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR.
Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk
melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara
positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat
diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik
masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat
dipertimbangkan di masa mendatang.
2.
FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan
Jepang, merupakan tokoh kualitas yang telah memperkenalkan user friendly
control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the ‘internal customer’
kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality
tools: control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and
flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat pengendali mutu/kualitas”
(quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi
satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam
mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone
diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir
menemukan penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal
dengan cause and effect diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan
“tulang ikan”?…..ya memang kalau diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone
bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect)
dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai
penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul.
Dari gambar di atas terlihat bahwa
faktor penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri dari : material/bahan
baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material,
mesin, manusia, dan metode yang “saat ini” dituliskan dan dianalisa faktor mana
yang terindikasi “menyimpang” dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika
sudah ditemukan satu atau beberapa “penyebab” jangan puas sampai di situ,
karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang “tersembunyi”.
Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak di luar.
Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat
“ke dalam” dengan bertanya “mengapa?……mengapa?…dan mengapa?”. Hanya dengan
bertanya “mengapa” beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang
sesungguhnya. Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini
dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah
khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya
ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila
“masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan
langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya
menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan
“penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
gb2_pdca
Kaoru Ishikawa, ilmuwan yang banyak
menyumbangkan pemikiran di bidang manajemen kualitas ini lahir pada tahun 1915
di Tokyo, Jepang. Alumni teknik kimia Universitas Tokyo ini ingin merubah
konsep pemikiran manusia tentang bekerja. Ishikawa mengurai secara rinci
prinsip plan-do-check-act W.Edward Deming, sang kreator P-D-C-A menjadi;
1. Plan-P
>> Tentukan gol dan target
>> Tentukan cara/metode mencapai
gol
2. Do-D
>> Terlibat dalam pendidikan dan
pelatihan
>> Implementasi pekerjaan
3. Check-C
>> Cek akibat dari implementasi
4. Act-A
>> Mengambil tindakan yang sesuai
Bagaimana Menggunakan Diagram Fishbone?
Ya….inilah bagian yang paling penting.
Ishikawa san telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan
setiap orang atau organisasi/perusahaan menyelesaikan masalah dengan tuntas
sampai ke akarnya. Kumpulkanlah beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan
keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan
pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa
masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan
memberikan pendapat dan pandangan setiap individu.
Penggunaan
Melakukan identifikasi penyebab masalah;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang
sistematik;
Mencari akar penyebab masalah;
Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
Pedoman Pelaksanaan
Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur
atau diupayakan dapat diukur;
Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin
seimbang peranan atau bobotnya;
Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki, bukan yang
tidak mungkin diperbaiki ataudiselesaikan;
Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya akan
memperbaiki faktor tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan diagram
tulang ikan.
Fishbone Diagram sering juga disebut
sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial
dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori
sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab
yang paling mungkin
Ini tentu bisa dimakhlumi, manusia
mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan kerjasama
kelompok yang tangguh. Masalah-masalah klasik di industri manufaktur seperti:
>> keterlambatan proses produksi
>> tingkat defect (cacat) produk
yang tinggi
>> mesin produksi yang sering
mengalami trouble
>> output lini produksi yang tidak
stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
>> produktivitas yang tidak
mencapai target
>> complain pelanggan yang terus
berulang dan segudang masalah besar dan rumit lainnya, perlu ditangani dengan
benar.
Solusi instan yang hanya mampu memandang
sampai tingkat gejala, tidak akan efektif. Masalah mungkin akan teratasi
sesaat, namun cepat atau lambat akan datang kembali.
Kaoru Ishikawa yang juga penggagas
konsep implementation of quality circles ini sangat percaya pentingnya dukungan
dan kepemimpinan dari manajemen puncak (top management) dalam suatu
organisasi/perusahaan didukung oleh kerjasama tim (teamwork) yang solid sangat
berperan dalam pembuatan produk unggul dan berkualitas.Selesaikanlah suatu
masalah sampai ke akar-nya dengan tuntas agar masalah yang sama tidak terulang
lagi di masa yang akan datang.
Kelebihan diagram tulang ikan
Lebih
terstruktur;
Mengkatagorikan
berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan
cara yang sistematik;
Mengajarkan
pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang
berlaku atau yang baru.
Kekurangan diagram tulang ikan
tulang
ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus
didukung data.
3.
POHON MASALAH
I. ANALISA MASALAH DENGAN TEHNIK POHON
MASALAH
Secara visual menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’
dari masalah yang ada sekarang. Gunakan kartu metaplan.
Cara menggunakan kartu metaplan:
a) Identifikasi hanya masalah yang ada,
jangan yang bersifat teoritis
b) Hanya satu masalah per kartu
c) Masalah harus ditulis dengan gaya
negative
d) Masalah bukan tidak adanya jawaban
melainkan keadaan yang negative. Oleh karena itu hindarkan penggunaan kalimat
seperti “kurangnya ini” atau “tidak ada”
Kekurangan pohon masalah
membutuhkan
waktu yang banyak dan jika masalah semakin kompleks akan lebih
sulit dalam menentukan penyebab utama
masalah
Proses pelaksanaan pohon masalah
Membuat kerangka pohon masalah;
Menentukan masalah yang akan dianalisis;
Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram;
Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD
ataubrainst orm ing;
Dengan cara yang sama seperti langkah 4, dilakukananalisis penyebab masalah
sampai tidak terjawabpertanyaan, apa yang menjadi penyebab tersebutmelalui
proses FGD maupun brainstorming
1. MEMILIH MASALAH INTI
a) Sebelum melakukan analisa masalah,
pastikan orang yang terlibat dengan suatu permasalahan terlibat dalam
perumusanmasalah. Contoh: ” Banyaknya kecelakaan bus”.
b)Tulislah rumusan singkat dari masalah
inti pada kartu apa yang dia anggap sebagai titik pusat dari masalah yang ada
sekarang dalam wilayah proyek.
c) Masalah inti kemudian dipilih oleh
seluruh anggota kelompok dengan menyepakati satu “masalah paling inti”. Masalah
inti tidak harus berarti masalah paling penting karena ia hanya berfungsi
sebagai titik awal dari pembuatan pohon masalah.
d)Masalah-masalah yang mencakup hubungan
sebab-akibat yang menyeluruh dalam wilayah masalah cocok menjadi masalah inti.
e)Jika kelompok tidak dapat menyetujui
masalah inti, pilihlah secara tentative satu masalah dan lanjutkan bekerja.
Kemudian kembali mendiskusikan masalah inti nanti. Contohnya: Bis sering
kecelakaan.
2. BUAT POHON MASALAH
a) Setelah menetapkan masalah inti,
letakkan kartu ini di tengah- tengah papan tulis atau dinding.
b) Telitilah masalah-masalah lainnya dan
kondisi negatif penting yang merupakan penyebab lansung dari masalah inti
tersebut.
c) Tambahkan penyebab dari setiap
masalah dan bekerjalah terus ke bawah, sehingga membentuk sebuah pohon (pohon
masalah)
d) Dengan cara yang sama, tempatkan efek
langsung dan penting dari masalah inti diatasnya.
e) Efek selanjutnya dapat ditambahkan
pada setiap kartu sebelum menyelesaikan bagian atas dari pohon.
f) Pada umumnya, terdapat beberapa
sebab-akibat per masalah. Juga kartu masalah yang mempunyai tingkat kepentingan
yang sama harus ditempatkan pada tingkatan yang sama pula.
g)Tunjukan semua hubungan sebab-akibat
yang utama dan penting dengan tanda panah.
h) Sambil menyelesaikan Pohon Masalah,
periksa diagram secara keseluruhan danperiksa penggunaan kata yang tepat,
hubungan sebab-akibat yang tepat, dan kelengkapannya. Langkah –langkah ini pada
akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan terinci - dengan akar yang
diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari masalah tersebut (lihat contoh)
II. MENCARI BEBERAPA STRATEGI UTAMA
PROYEK DARI POHON
MASALAH
a)Iidentifikasi beberapa kelompok cabang
sebab akibat yang mengarah ketengah. Lingkari kelompok tersebut. Satu cabang
atau gabungan cabang-cabang bisa dijadikan strategi proyek.
b) Kalau cabang-cabang diambil sebagai
pendekatan proyek maka daun-daunnya adalah komponen-komponen proyek.
c) Teliti kembali hasil analisa
stakeholder untuk menentukan siapa yang akan terpengaruh dan terlibat dalam
penggabungan cabang-cabang tersebut.
d) Rumuskan beberapa alternatif strategi
utama proyek dalam bentuk hasil dengan mengganti kalimat yang negatif dipohon
masalah dengan yang positif.
III. MEMBUAT POHON HASIL SEBAGAI LOGIKA
PROYEK
Dari strategi utama yang telah
dirumuskan, bangun logika Pohon Hasil atau Logika Proyek. yang menjelaskan cara
un tuk memecahkan masalah dan efek dari pemecahan. Pohon HASIL mengidentifikasi
“kondisi yang diinginkan” setelah masalah dipecahkan, dan menjadi landasan
untuk pemeriksaan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan keadaan.
a) Gantilah kata-kata hubungan
‘sebab-akibat’ yang bersifat negative dari pohon masalah menjadi hubungan
‘cara-hasil yang bersifat positif, “kondisi yang diinginkan di masa depan”
(hasil) dapat dicapai.
b) Telitilah semua hasil dan hubungannya
agar masuk akal dan layak, kalau diperlukan sesuaikanlah analisis hasil.Adanya
penambahan ”sopir disiplin dan tepat waktu”
c) Periksa diagaram secara menyeluruh
dan pertajamlah agar mendapatkan kesempurnaan analisis.
d) Bila pernyataan dalam kartu tidak
dapat diubah menjadi pernyataan positif, periksalah kembali pohon masalahnya
yang dicoba digambarkan oleh kartu itu. Juga, jika “keadaan yang diinginkan
(hasil) “ sangat tidak masuk akal, atau tidak logis, logika sebab-akibat harus
diperiksa kembali. Struktur Pohon Hasil mungkin berbeda dengan Pohon masalah.
Bagaimana Cara memilih satu atau dua
dari strategi utama.
1. Nilailah setiap strategi utama proyek
tersebut dengan menggunakan
kriteria-kriteria berikut ini.
• Secara realistis dapat dilakukan.
Tidak terlalu banyak hambatan, baik dalam staffing, secara politis, maupun
potensi resistenskomunitas dampingan, situasi kedaan dilokasi misalanya keadaan
darurat.
• Memiliki kontribusi terhadap
kebijakan-kebijakan penting di sektor ybs, misalnya: kontribusi mengatasi
kemiskinan, menjaga kelestarian hutan
• Secara teknis feasible untuk
mencapainya dalam kurun waktu Program
• Mengarah pada keberlanjutan
hasil/dampak dan berkontribusi pada peningkatan kapasitas
• Tidak terlalu mahal
• Manfaat yang besar bagi kelompok
sasaran – laki-perempuan, tua-muda, kelompok minoritas, kelompok cacat.
• Pengalaman kesuksesan di proyek sejenis
sebelumnya.
• Kemungkinancomplementary (saling
mendukung) dengan proyek-proyek lain yang dilakukan oleh kelompok/organisasi
lain.
• Kesesuaian tingkat teknologi dalam
hubungannya dengan keberlanjutan
• Kelayakan biaya dan tenaga.
• Kemungkinan kesinambungan
/perkembangan kegiatan dan dampak setelah proyek selesai.
• Dampak lingkungan, biaya vs. manfaat
Berapa orang yang tercakup dalam proyek
4.
BRAINSTORMING (Curah pendapat)
Suatu teknik yang efektif untuk membantu
melakukan identifikasi masalah,
menentukan penyebab masalah danmencari
cara pemecahan masalah,
merupakan metoda yang digunakan
untukmenggali ide atau pemikiran baru yang
secara efektif melibatkan seluruh
anggota kelompok.
Kelebihan metoda brainstorming:
Mendapatkan
masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah dengan
cepat;
Merupakan
data primer karena sumber data dapat langsung diperoleh;
Dapat
digunakan bila tidak mempunyai data sekunder;
Menghasilkan
ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan cepat
Kekurangan MetodaBrainstorming
tidak dapat digunakan pada sampel atau
peserta yang besar serta terjadi dan risiko terjadinya subyektivitas sangat
besar bilatidak ditunjang dengan data-data yang ada.
Manfaat
Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ideuntuk menentukan masalah,
identifikasi masalah,memilih prioritas masalah serta mengajukan
alternatifpemecahan masalah;
Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru darisekelompok orang dalam waktu
singkat denganmenggunakan dua kemampuan (kreatif dan intuitif);
Memberikan kesempatan kepada semua anggotakelompok untuk memberikan konstribusi
danketerlibatan dalam memecahkan masalah.
5.
METODE DELPHI
Metode Delphi adalah cara mendapatkan
informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain
yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang
ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ekpertis
atau praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil
kuesioner ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk dibuat
summary, dikelompok-kelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan
pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview, direvisi dan begitu
seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Delphin Technique Yaitu penetapan
prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang
sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan
beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas
masalah yang dicari.
Dengan metode seperti ini, partisipan
yang meliputi ekspertis dan praktisi dapat memberikan pendapat dan opini dengan
bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi pendapat
mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat
sereliabel mungkin.
langkah-langkah metode Delphi dalam 9
langkah mudah :
ü
Tentukan periode waktU
ü
Tentukan jumlah putaran pengambilan pendapaT
ü
Tentukan apa saja yang akan didefine
ü
Tentukan ahlinya
ü
Tentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
ü
Review literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
ü
Pelaksanaan sesi diskusi dan feedback iteratif bersama ekspertis
ü
Perumusan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian,
ataupun pemeringkatan
ü
Menyepakati hasil diskusi dan feedback
Nama Metode Delphi memang sophisticated
(udah bayangin bahasa pemrograman aja), tapi sebenernya ide metode ini sudah
ada sejak tahun 1970-an. Yang berbeda, mungkin media yang digunakan.
Pengambilan input, review, diskusi dan sebagainya dapat dilakukan dengan
pertemuan tatap muka, via telepon, e-mail, sampai dengan e-meeting.
6.
DELBECH TEHNIK
Delbech Technique Penetapan prioritas
masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama
keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan
pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.
7.
NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT)
(managementfile – Quality) – Nominal
Group Technique adalah salah satu quality tools yang bermanfaat dalam mengambil
keputusan terbaik. Dalam quality management, metode ini dapat digunakan untuk
berbagai hal, mulai dari mencari solusi permasalahan, hingga memilih ide
pengembangan produk baru.
Apa itu Nominal Group Technique?
NGT adalah suatu metode untuk mencapai
konsensus dalam suatu kelompok, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap
peserta, yang kemudian memberikan voting dan ranking terhadap ide-ide yang
mereka pilih. Ide yang dipilih adalah yang paling banyak skor-nya, yang berarti
merupakan konsensus bersama. Metode ini dapat menjadi alternatif brainstorming,
hanya saja konsensus dapat tercapai lebih cepat. Teknik ini awalnya
dikembangkan oleh Delbecq dan VandeVen, yang kemudian diaplikasikan untuk
perencanaan program pendidikan untuk orang dewasa oleh Vedros.
Kapan NGT cocok untuk diimplementasikan?
NGT cocok diimplementasikan ketika Anda
membutuhkan suatu konsensus yang dari tim, sementara tim sendiri punya pendapat
dan perspektif yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut. Jika butuh
konsensus yang cepat, NGT juga cocok, dibandingkan dengan brainstorming yang
memakan waktu lebih lama.
Bagaimana langkah-langkah
mengimplementasikan NGT?
Sebelum NGT dilakukan, maka Anda perlu
mempersiapkan beberapa hal terlebih dulu, yakni:
• Ruang pertemuan yang cukup besar untuk
menampung sekitar 5 hingga 9 peserta rapat.
• Meja dengan bentuk U, dengan papan
tulis di ujung depan, dilengkapi oleh spidol/marker, pensil, pulpen, selotip,
kertas, hingga index card untuk tiap partisipan.
• rules dan prosedur untuk
mengimplementasikan NGT
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam
mengimplementasikan NGT:
1. Introduction
Pada tahap ini, fasilitator/moderator
membuka sesi NGT, menyapa para peserta, sekaligus menjelaskan tujuan dan
prosedur dari pertemuan
2. Generating Ideas
Fasilitator mengutarakan pertanyaan atau
masalah ke kelompok dalam bentuk tertulis di kertas. Selanjutnya, masing-masing
peserta diminta untuk menuliskan seluruh ide yang muncul di kepalanya. Para
peserta diminta untuk bekerja secara independen, tanpa berdiskusi sama sekali
dengan peserta lain. Tahap ini membutuhkan sekitar 10 menit.
3. Sharing & Recording Ideas
Selanjutnya, fasilitator meminta peserta
untuk berbagi ide-ide yang sebelumnya sudah mereka tuliskan di kertas. Sang
moderator menuliskan ide-ide dari tiap peserta pada papan tulis, supaya
semuanya dapat melihat. Ide yang sama tidak disertakan, namun jika ada
perspektif atau penekanan yang berbeda, dapat dimasukkan. Lanjutkan proses ini
hingga seluruh ide dari tiap peserta dapat terdokumentasi. Pada tahap ini tidak
ada diskusi atau debat, dan peserta boleh menuliskan ide-ide baru yang muncul
sepanjang proses. Tahap ini membutuhkan sekitar 15-30 menit.
4. Discussing Ideas
Selanjutnya, peserta diminta untuk
memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai ide-ide yang telah
dikemukakan. Setiap peserta boleh mengajukan komentar ataupun pertanyaan mengenai
ide-ide tersebut, dan yang menjawab tidak harus orang yang mengajukan ide
tersebut. Intinya, fasilitator bertugas untuk memastikan bahwa tiap peserta
dapat memberikan kontribusi pada diskusi, serta menjaga proses tetap netral,
tanpa ada judgement atau serangan ke pihak tertentu. Fasilitator juga bertugas
supaya seluruh ide dapat dibahas secara menyeluruh, dan tidak terpaku pada
beberapa ide saja. Dalam tahap ini, tidak ada ide yang dieliminasi, hanya
memberikan pemahaman mengenai ide-ide tersebut kepada para peserta dan memberi
gambaran mengenai pentingnya ide-ide tersebut. Tahap ini membutuhkan waktu
sekitar 30-45 menit.
5. Voting and Ranking on Ideas
Tahap terakhir, masing-masing peserta
memberikan voting terhadap ide-ide yang ada. Sebelumnya, fasilitator harus
menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria yang digunakan untuk voting ide.
Jadi, misalnya tiap peserta diminta untuk memilih 5 ide terbaik dari daftar
yang ada, kemudian mereka harus memberikan ranking prioritas bagi tiap ide
tersebut. 1 untuk ide yang kurang penting, hingga 5 untuk yang paling penting.
Ide yang memperoleh skor paling tinggi merupakan ide yang paling disukai dan
disepakati bersama oleh kelompok.
Keunggulan dan Kelemahan NGT
Keunggulan
• menghasilkan ide yang lebih banyak
dibandingkan dengan diskusi biasa
• menyeimbangkan peran masing-masing
individu, membatasi dominasi dari orang yang punya pengaruh dalam kelompok
• menghilangkan `persaingan` dalam
kelompok juga tekanan untuk `konformitas`
• mendorong peserta untuk menyelesaikan
masalah dengan constructive problem solving
• tiap peserta dapat memberikan
prioritas idenya secara independent dan tertutup
Kelemahan
• membutuhkan persiapan
• hanya memfasilitasi untuk pencapaian
satu tujuan saja. Satu pertemuan hanya membahas satu topic
• diskusi hanya terbatas, tidak seperti
brainstorming yang menstimulasi perkembangan dari ide-ide
8.
PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA)
adalah penilaian/pengkajian/penelitiaan keadaan desa secara partisipatif. Maka
dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan
pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi
desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Robert Chambers adalah orang yang
mengembangkan metode PRA, menyatakan bahwa metode dan teknik dalam PRA terus
berkembang, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi final tentang PRA.
Menurutnya PRA merupakan metode dan pendekatan pembelajaran mengenai kondisi
dan kehidupan desa/wilayah/lokalitas dari, dengan dan oleh masyarakat sendiri
dengan catatan : (1) Pengertian belajar, meliputi kegiatan menganalisis,
merancang dan bertindak; (2) PRA lebih cocok disebut metode-metode atau
pendekatan-pendekatan (bersifat jamak) daripada metode dan pendekatan (bersifat
tunggal); dan (3) PRA memiliki beberapa teknik yang bisa kita pilih, sifatnya
selalu terbuka untuk menerima cara-cara dan metode-metode baru yang dianggap
cocok.
Jadi pengertian PRA adalah sekumpulan
pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat di suatu desa/wilayah/lokalitas
untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai
hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan.
PRINSIP-PRINSIP PRA
Prinsip-prinsip dasar Participatory
Rural Appraisal (PRA) terdiri dari :
1.
Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang
terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat
dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di
suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya
meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan)
masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan
kemampuan masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian
keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian
penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan
orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat
dari kegiatan pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai
fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta kesediannya
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai narasumber utama dalam
memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang luar lebih
besar, namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa
berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para masyarakat itu sendiri.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai
perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah
pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan
berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah,
sehingga harusnya dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat serta pengetahuan
orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa proses PRA
merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar melahirkan
sesuatu yang lebih baik.
5. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana
yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan
menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai
anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus
disambut secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha
mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis bersama
masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa diandalkan kita
dapat menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan
ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan melalui
penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman),
penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang golongan
masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan keragaman teknik.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh
hasil informasi yang tepat guna menurut metode PRA adalah :
- Lebih baik kita "tidak tahu apa
yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja)
- Lebih baik kita "tidak tahu
apakah informasi itu bisa disebut benar seratus persen, tetap diperkirakan
bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran" (daripada kita tahu
sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu
pengembangan kegiatan. Oleh karena itu dibutuhkan informasi yang sesuai dan
memadai, agar program yang dikembangkan bisa memecahkan masalah dan
meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai
alat atau metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
9. Prinsip keberlanjutan dan selang
waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang
selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar
yang memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus
dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem
yang mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada
prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA
adalah suatu yang wajar, yang terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan,
melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita
belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada
kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.
11. Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai
metode dan perangkat teknik yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan
bahwa teknik tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan menjalankannya di
lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun merancang teknik baru yang
akan sangat berguna dalam mengembangkan metode PRA.
9.
CARA BRYANT DAN EKONOMETRIK
Cara Bryant Cara ini telah dipergunakan
di beberapa negara yaitu di Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam
kriteria, yaitu: Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap
masalah tersebut pentingb. Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang
terkena penyakit tersebutc. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang
ditimbulkakn penyakit tersebutd. Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki
kemampuan untuk mengatasinya. Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut
diberi scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini
dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor
tertinggi, akan mendapat prioritas yang Tinggi pula.
Cara Ekonometrik cara ini dipergunakan
di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai adalah: Magnitude (M), yakni kriteria
yang menunjukkan besarnya masalah. Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis
kelompok penduduk yang terkena masalah. Vulnerability (V), yaitu ada tidaknya
metode atau cara penanggulangan yang efektif. Cost (C), yaitu biaya yang
diperlukan untuk penanggulangan masalah tersebut. Hubungan keempat kriteria
dalam menentukan prioritas masalah (P) adalah sebagai berikut:
P = M .
I . V
http://windysulistyarini.blogspot.com/2011/11/menentukan-prioritas-masalah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar