dr. Nengah
Adnyana Oka M., M.Kes.
Status kesehatan masyarakat menurut
Hendrik L. Blum ditentukan beberapa faktor antara lain faktor keturunan,
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Penelitian di Amerika Serikat
memberikan tempat utama bagi faktor lingkungan sebagai penentu derajat
kesehatan masyarakat diikuti faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan.
Menyimak makalah Masalah Kesehatan
Masyarakat di Indonesia yang telah saya susun sebelumnya, tampaknya terdapat
perbedaan urutan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di
Indonesia. Perilaku menjadi faktor utama yang berperan terhadap faktor-faktor
yang lain, dimungkinkan karena kondisi sosial ekonomi negara berkembang seperti
Indonesia memiliki karakteristik khusus terutama masalah pengetahuan kesehatan
dan kemiskinan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah peningkatan
pengetahuan kesehatan masyarakat dan petugas kesehatan disamping
program-program pengentasan kemiskinan yang sudah dilaksanakan pemerintah.
1.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menuurut Notoatmodjo
(2003) merupakan bentuk respon manusia terhadap stimulus berkaitan dengan sakit
dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku tersebut
dapat bersifat pasif berupa pengetahuan, persepsi dan sikap, dapat pula bersifat
aktif berupa tindakan yang nyata. Perilaku kesehatan berpengaruh terhadap
faktor keturunan, faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan seperti yang
diuraikan dalam makalah sebelumnya.
2.
Perubahan Perilaku
Agar dapat menciptakan kondisi yang
mendukung terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan
menciptakan prakondisi yang kondusif bagi keempat faktor yang mempengaruhi
status kesehatan masyarakat menurut Blum, maka dibutuhkan serangkaian upaya
untuk merubah perilaku masyarakat dan petugas kesehatan.
Perubahan perilaku dapat terbentuk dari
tiga motif yaitu kesadaran sendiri (internalisasi), meniru atau mencontoh dan
terpaksa atau karena takut. Perilaku yang terbentuk atas dasar kesadaran akan
manfaat bagi seseorang akan bertahan lama menjadi budaya. Perubahan perilaku
seseorang agar sesuai dengan yang diharapkan ternyata tidak hanya pada dimensi
perilaku pasif seperti peningkatan pengetahuan, penyamaan persepsi dan sikap
tetapi sesuai pendapat Lawrence Green bahwa perubahan perilaku agar tercapai
perilaku aktif membutuhkan faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor
pendorong.
Proses perubahan perilaku diakui sebagai
salah satu faktor penting oleh petugas kesehatan dan pemerintah tapi sikap
ambivalen tampak pada kenyataannya. Dukungan terhadap perubahan perilaku hanya
pada tataran meningkatkan pengetahuan, sikap dan persepsi tentang perilaku
sehat, sebagai akibat tidak tampak hasil langsung karena proses perubahan
perilaku memang membutuhkan waktu. Pada tahap awal hanya akan tampak perubahan
perilaku pasif tetapi dengan terus menerus didukung ketiga faktor menurut Green
maka perilaku seseorang akan berwujud perilaku aktif. Sesuatu yang umum terjadi
pada masyarakat yang belum menerapkan Paradigma Sehat secara mandiri akan cenderung
menganggap masalah kesehatan hanya berupa upaya kesehatan kuratif dan
rehabilitatif. Demikian halnya petugas kesehatan dan pemerintah yang lebih
memberikan prioritas jangka pendek dengan penekanan pada pelayanan pengobatan
seperti Program Jampersal, Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lain
memberikan prioritas jangka pendek berupa pengobatan penyakit. Dilema ini dapat
dipahami karena tuntutan masalah kesehatan di Indonesia begitu luas cakupannya
sedangkan perilaku kesehatan masyarakat sejak dulu sudah terbentuk.
3.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam Notoatmodjo
(2003) merupakan penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan berupa
praktek pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan lahir dari asumsi mahluk sosial
membutuhkan bantuan orang lain dalam mencapai nilai-nilai hidup dalam
masyarakat yang dalam proses pencapaiannya tidak lepas dari belajar. Proses
pendidikan kesehatan memiliki tujuan agar masyarakat mengalami perubahan dari
awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu memecahkan masalah kesehatan
menjadi mampu.
Proses pendidikan kesehatan dapat
dilaksanakan secara perorangan, kelompok dan masyarakat sehingga disesuaikan
dengan ruang lingkupnya. Proses tersebut berupa proses belajar yang tidak
terlepas dari persoalan masukan (input), proses belajar dan luaran (output).
Dalam proses belajar terjadi interaksi antara masyarakat yang belajar, pengajar
atau pendidik, metode dan teknik belajar, media atau sarana belajar serta
materi atau bahan ajar.
4.
Promosi Kesehatan
Upaya perubahan perilaku agar mengacu
paradigma sehat telah dilaksanakan sejak jaman penjajahan Belanda. Diawali
dengan istilah propaganda kesehatan berkembang menjadi pendidikan kesehatan
rakyat, selanjutnya mengenal terminologi penyuluhan kesehatan dan promosi
kesehatan. Perkembangan sejarah pendidikan kesehatan hingga terakhir tidak
terlepas dari perkembangan globalisasi kesehatan. Pendidikan dan penyuluhan
kesehatan di Indonesia masih menggunakan pendekatan edukatif yang lebih
menekankan transfer informasi kesehatan sehingga masyarakat dapat meningkatkan,
memelihara dan melindungi kesehatannya. Pendekatan tersebut memiliki kelemahan
antara lain motif internalisasi kurang dikembangkan karena masalah kesehatan
lebih banyak ditentukan petugas kesehatan serta keterlibatan sektor lain di
luar bidang kesehatan masih rendah.
Perkembangan pembangunan kesehatan di
Indonesia sesuai yang dicanangkan Presiden Habibie menggunakan Paradigma Sehat
sebagai pendekatan seluruh sektor pembangunan sehingga kesehatan bukan lagi
peran petugas kesehatan saja tetapi seluruh komponen bangsa.
Perkembangan konsep promosi kesehatan
sejak tahun 1986 di seluruh dunia selaras dengan arah perkembangan pembangunan
di Indonesia sehingga pendidikan kesehatan dipertajam dan dikembangkan dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat. Promosi kesehatan mengembangkan pendidikan
kesehatan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat
dengan melibatkan potensi dan kemandirian masyarakat. Operasionalisasi promosi
kesehatan adalah terciptanya budaya sehat dengan indikator Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Pelaksanaan PHBS meliputi 5 tatanan yaitu tatanan rumah
tangga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum dan sarana kesehatan.
Strategi pokok yang digunakan promosi
kesehatan dalam rangka mencapai visi dan misinya dapat disingkat ABG yaitu
Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Advokasi merupakan
upaya untuk mempengaruhi kebijakan agar memberikan kontribusi pada pertumbuhan
perilaku dan lingkungan sehat. Bina suasana adalah upaya pembentukan opini
publik untuk mengembangkan norma hidup sehat. Gerakan pemberdayaan masyarakat
sendiri merupakan upaya menggerakkan dan memberdayakan seluruh unsur dalam
masyarakat agar memiliki perilaku hidup sehat.
Strategi tersebut dilaksanakan melalui 8
kegiatan antara lain advokasi, pembinaan suasana, pemberdayaan masyarakat,
pengembangan kemitraan, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi promosi kesehatan, pengembangan sarana dan media
promosi kesehatan dan pengembangan infra struktur promosi kesehatan.
Saat ini di Indonesia telah dijalankan
konsep Desa Siaga sebagai wadah promosi kesehatan secara terstruktur. Konsep
ini merupakan pengembangan konsep Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
yang telah ada sejak era 1975. Desa Siaga merupakan kondisi masyarakat memiliki
kemampuan mengenal dan memecahkan masalah kesehatan secara mandiri memanfaatkan
seluruh potensi yang ada. Pokja Desa Siaga ada di setiap kelurahan atau desa
dengan pelaksana anggota Forum Kesehatan Desa yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Kepala Desa/ Lurah. Forum tersebut memiliki tugas melakukan
identifikasi masalah kesehatan dan memusyawarahkan pemecahan masalah,
merencanakan dan melaksanakan hasil kesepakatan serta melakukan evaluasi.
Keanggotaan forum terbagi atas kelompok kerja upaya kesehatan, gotong royong,
surveilance dan pembiayaan kesehatan. Petugas kesehatan memiliki peranan dalam
advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat dengan pendampingan secara
terus menerus Forum Kesehatan Desa tersebut.
KESIMPULAN
Tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal dilakukan terutama melalui perubahan perilaku sehingga terbentuk
budaya hidup sehat. Proses pembentukan perilaku sehat lebih awet bila dilandasi
kesadaran masyarakat akan manfaat perilaku hidup sehat. Perilaku sehat berwujud
upaya masyarakat untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan.
Pendidikan kesehatan sebagai upaya perubahan perilaku menuju perilaku hidup
sehat dengan memanfaatkan potensi masyarakat secara mandiri akan mempercepat
tercapainya keadaan derajat kesehatan masyarakat optimal. Promosi kesehatan
adalah pengembangan pendidikan kesehatan dari sudut pendekatan, mengubah
pendekatan edukatif menjadi pemberdayaan masyarakat. Strategi utama promosi
kesehatan meliputi advokasi, bina suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
yang sudah diwujudkan dalam bentuk Desa Siaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar