LAPORAN TUTORIAL
BLOK 2 SKENARIO 5
PERANAN SISTEM UROPOETIKA
DALAM PROSES PEMBENTUKAN URINE
Oleh :
Oni Juniar Windrasmara
J 5000 9000 3
Tutor :
dr. Yusuf Alam R
\
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Semua manusia senantiasa melakukan berbagai kegiatan yang memerlukan energi. Demi terciptanya keseimbangan dalam tubuh, harus ada input dan ada pula output. Input adalah zat yang masuk ke dalam tubuh seperti makan, minum, dan oksigen. Sedangkan output adalah zat yang keluar dari tubuh agar zat-zat beracun dan zat sisa dapat terbuang dan keluar dari tubuh. Zat tersebut dapat berupa keringat, urin, maupun feses.
Kelangsungan hidup dan berfungsinya secara normal bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain dilingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi demi kelangsungan hidupnya. Semua kegiatan ini diatur oleh suatu mekanisme sistem yang bernama sistem uropoetika. Sistem ini sangat berhubungan sekali dengan mekanisme homeostasis dalam tubuh manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berkaitan dengan pentingnya sistem uropoetika dalam kegiatannya melakukan aktivitas hidup bagi manusia, penulis ingin membahasnya di dalam cakupan laporan yang berjudul tentang Peranan Sistem Uropoetika Dalam Proses Pembentukan Urine.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis dapat merumuskan berbagai masalah sebagai berikut:
Homeostasis
Sistem Uropoetika Organ Ren
Ureter
Vesica Urinaria
Uretra
Regulator Hormon
Saraf
Pembentukan Urine
Vitamin C Suhu Asupan
Urine
Komposisi Urine
Fisik Kimia
1. Apa yang dimaksud sistem uropoetika?
2. Apa saja organ yang berperan dalam sistem uropoetika?
3. Bagaimana cara kerjanya?
4. Regulator sistem uropoetika?
5. Maksud diuretik?
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi urine?
C. Tujuan
Melalui cakupan laporan tutorial ini. Penulis menginginkan dapat mencapai tujuan seperti berikut ini :
1. Mahasiswa mengerti tentang pengertian serta fungsi sistem uropoetika.
2. Mahasiswa mengetahui organ-organ yang terlibat dalam sistem uropoetika.
3. Mahasiswa mengerti tentang pentingnya sistem uropoetika dalam aktivitas manusia.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pembentukan urine dengan benar.
D. Manfaat
Melalui laporan tutorial ini, diharapkan supaya dapat dipetik manfaatnya seperti misalnya yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui pentingnya sistem uropoetika bagi keadaan homeostasis tubuh manusia.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kerja sistem uropoetika pada manusia.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai organ pada sistem uropoetika.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai resiko kerusakan sistem uropoetika.
BAB II
STUDI PUSTAKA
1. Pengertian sistem uropoetika
Sistem uropoetika adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine. Dan zat yang diperlukan tubuh akan beredar kembali kedalam tubuh melalui pembuluh kapiler darah renalis, masuk kedalam pembuluh darah dan selanjutnya beredar keseluruh tubuh (Setiadi, 2007).
Sistem uropoetika terdiri dari organ pembentuk urine dan struktur-struktur yang menyalurkan urine dari ren sampai keluar tubuh (Sherwood,L.,2001).
Sistem uropoetika terdiri dari ginjal yang terus-menerus menghasilkan urine, dan berbagai saluran dan reservoar yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar tubuh (Price et al, 2005).
2. Hubungan sistem uropoetika dengan homeostasis
Sistem uropoetika berperan dalam homeostasis dengan membantu mengatur volume, komposisi elektrolit, serta pH lingkungan internal dan dengan mengeliminasi produk-produk sisa metabolisme (Sherwood,L.,2001).
3. Organ yang berperan dalam sistem uropoetika
a. Ren
Ren adalah sepasang organ yang berbentuk seperti kacang yang terletak dibelakang rongga abdomen, satu disetiap sisi columna vertebralis sedikit diatas garis pinggang. Setiap ren dipasok atau diperdarahi oleh arteri renalis dan vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ren di lekukan medial yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti buncis. Ren mengolah plasma yang mengalir masuk kedalamnya untuk menghasilkan urine, menahan bahan-bahan tertentu dan mengeliminasi bahan-bahan yang tidak diperlukan kedalam urine (Sherwood,L.,2001).
Dalam textbook lain disebutkan bahwa ren kanan sedikit lebih rendah daripada ren kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi costae 12, sedangkan kutub atasnya ren kiri terletak setinggi costae 11(Price et al, 2005).
Unit kerja fungsional ren adalah nefron, terdapat sekitar 1 juta nefron pada masing-masing ren. Ren memiliki cadangan yang besar dan masih mungkin bertahan dengan jumlah nefron yang hanya 1% dari jumlah total. Terdapat dua tipe nefron pada ren. Yang pertama yaitu nefron korteks dengan ansa henle yang pendek, yang hanya mampu mereabsorbsi secara isoosmotik. Kedua adalah nefron juxtamedularis dengan ansa henle yang panjang (yang masuk kedalam medulla) yang bertanggung jawab terhadap multiplikasi aliran balik dan pembentukan urine pekat (Price et al, 2005).
Fungsi ren adalah sebagai berikut :
1) Mengekskresikan sebagian terbesar produk akhir metabolisme tubuh (sisa metabolisme dan obat-obatan)
2) Mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH dalam mengatur jumlah cairan tubuh
3) Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D
4) Menghasilkan beberapa hormon antara lain :
v Eritropoetin, yang berfungsi sebagai pembentukan sel darah merah.
v Renin, yang berperan dalam mengatur tekanan darah serta hormon prostaglandin (Setiadi, 2007).
b. Ureter
Ureter adalah sebuah ductus berdinding otot polos yang keluar dari batas medial dekat dengan pangkal (bagian proximal) arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter yang menyalurkan urine dari setiap ren ke sebuah kandung kemih (Sherwood,L.,2001).
c. Vesica urinaria (Kandung kemih)
Vesica urinaria adalah tempat yang menyimpan urine secara temporer, yaitu sebuah kantong berongga yang dapat diregangkan dan volumenya disesuaikan dengan mengubah-ubah status kontraktil otot polos di dindingnya (Sherwood,L.,2001).
Vesica urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang symphysis pubis. Vesica urinaria mempunyai 3 muara : 2 dari ureter dan 1 menuju uretra. Fungsi vesica urinaria adalah sebagai tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra) (Price et al, 2005).
d. Uretra
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih kelubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih (Pearce, E.C, 2006).
Uretra pada wanita berbentuk lurus dan pendek, berjalan secara langsung dari leher kandung kemih keluar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan urine dari kandung kemih dan saluran untuk semen dari organ reproduksi (Sherwood,L.,2001).
Pada uretra terdapat suatu peristiwa mikturisi, yaitu peristiwa pembuangan urine karena urine dibuat didalam maka ia mengalir melalui ureter kedalam kandung kemih. Keinginan untuk membuang urine disebabkan oleh penambahan tekanan di dalam kandung kemih, dan tekanan ini disebabkan oleh isi urine didalamnya. Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml. Mikturisi ialah gerak refleks yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi pada manusia. Gerakannya ditimbulkan oleh kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan didalam rongga abdomen dan berbagai organ yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya (Pearce, E.C, 2006).
4. Mekanisme kerja pembentukan urine
Secara umum ada 3 proses utama yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan yang terakhir adalah sekresi tubulus (Sherwood,L.,2001).
Daya reabsorbsi tubuli renalis ada maksimalnya. Bila glukosa dalam filtrat terlalu banyak, glukosa bisa didapatkan dalam urine pada diabetes mellitus. Jumah urine sekitar 900-1500ml/hari, dengan komposisi air sekitar 96% dan bahan-bahan yang terlarut didalamnya (elektrolit terutama natrium dan sisa metabolisme, terutama ureum, asam urat, dan creatinin). Dalam urine sering didapatkan leukosit dan eritrosit 1-2 buah/lapangan pandang (ini normal). Pada penderita icterus adanya billirubin dan urobillin yang menyebabkan urine menjadi kuning.
Mekanismenya sebagai berikut : darah dari aorta menuju arteri renalis afferen arteriole glomerulus terbentuk filtrate glomerulus (170 L/hari) komposisi : darah, sel-sel darah, dan protein. Sel darah dan protein tidak dapat melewati membran glomerulus tubulus renalis (terjadi proses sekresi dan reabsorbsi air, elektrolit dan lain-lain) (Setiadi, 2007).
5. Mekanisme perjalanan urine
Pembentukan urine melewati proses yang panjang, dimulai dari glomerulus tubulus kontortus proximal tubulus descendens ansa henle tubulus ascendens tubulus kontortus distal tubulus kolligens atau ductus pappilaris bellini pelvis renalis ureter vesica urinaria uretra (Hanif et al, 2005).
6. Mekanisme berkemih
KONTROL REFLEKS KONTROL VOLUNTER
Vesica urinaria terisi Konterks cerebrum
Reseptor tegang
Parasimpatis N. Motorik
Vesica urinaria Sfingter Uretra eksternum buka
Kontraksi Sfingter Uretra eksternum tutup
Sfingter Uretra Internum terbuka (Sherwood,L.,2001).
7. Komposisi urine
a. Volume 600-2.500cc/hari
b. Berat jenis 1.003-1.030
c. Warna normal kuning muda atau jernih
d. Bau normal urine baru aromatis
e. Senyawa-senyawa di dalam urine
v Ureum
v Ammonia
v Creatin dan creatinin
v Asam urat
v Asam amino
v Alantoin
v Chlorida
v Sulfat
v Oxalate
v Mineral
v Vitamin, hormon, dan enzim (Petunjuk Praktikum, 2009)
8. Pengertian diuretik
Diuretik adalah obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine. Obat-obatan ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Natrium dan ion lain seperti kloride memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Perubahan osmotik dimana dalam tubulus menjadi menigkat karena natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak di dalam tubulus ren. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta komposisiion di dalam urine dan darah.
Beberapa jenis diuretik adalah penghambat karbonik anhidrase, diuretik kuat (Loop Diuretik), diuretik tiazid, diuretik hemat kalium, antagonis ADH, dan diuretik osmotik (Katzung, B.G.,2004).
BAB III
PEMBAHASAN
1. Skenario
“UJIAN BLOK”
Furqon, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMS, siang itu bersiap-siap untuk mengikuti Ujian Akhir Blok di kampusnya yang akan diadakan pada pukul 13.30. karena rumahnya agak jauh maka dia berangkat 1 jam sebelum ujian dimulai. Sebelum berangkat dia minum segelas vitamin C effervescent untuk menjaga staminanya karena malam hari sebelumnya dia tidur larut malam untuk persiapan ujian. Sesampainya dikampus dia langsung menuju kantin untuk minum segelas es teh karena siang itu cuaca sangat panas, baru kemudian menuju ruang ujian.
Ujian akhir blok kali ini Furqon sangat berharap berhasil, karena diblok sebelumnya dia tidak lulus, sehingga dia sangat cemas dan khawatir kalau dia gagal lagi dalam blok kali ini. Suasana ruang ujian kebetulan sangat dingin. Selama ujian berlangsung Furqon merasa ingin kencing, tetapi karena dia tidak ingin waktu mengerjakan soal ujiannya berkurang karena ijin ke toilet, dia akhirnya menahan kencing sampai ujian selesai. Selesai Ujian Furqon langsung menuju toilet dan dia melihat air seninya berwarna kuning tua.
Menurut anda apakah hal ini normal?
2. Analisis Skenario
Sistem uropoetika adalah suatu sistem yang mengatur mengenai proses ekskresi tubuh berupa urine. Proses ini sangatlah penting bagi tubuh karena urine yang dikeluarkan mengandung sisa-sisa metabolisme yang bila dibiarkan tetap beraada dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dalam tubuh. Namun bukan hanya ekskresi sisa metabolisme saja yang dilakukan karena tidak kesemua zat sisa dalam tubuh adalah zat sisa melainkan juga suatu zat yang masih dapat dipergunakan kembali oleh tubuh. Proses-proses yang terjadi dalam sistem uropoetika terbagi menjadi 3 proses dasar yaitu dimulai dari filtrasi pasma darah oleh glomerulus yaitu saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas, protein menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowmann. Setiap hari terbentuk 180L filtrat glomerulus. Kemudian pada saat filtrat tersebut mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus ke dalam darah ini adalah reabsorbsi tubulus. Zat yang direabsorbsi tidak keluar dari tubuh melalui urine, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Kemudian ada proses sekresi tubulus yaitu mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam tubulus ren. Hasil dari ketiga proses ini adalah ekskresi urine yaitu eliminasi zat-zat dari tubuh di urine. Semua konstituen plasma yang mencapai tubulus yaitu yang difiltrasi atau diseksresi tetapi tidak direabsorbsi akan tetap berada di dalam tubulus dan akan mengalir ke pelvis renalis untuk disekresikan sebagai urine.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi banyak sedikit pengeluaran urine serta warna urine, seperti misalnya keadaan tubuh saat strees atau depresi serta efek dari tablet effervescent yang merupakan antioksidan kuat sangat baik dalam menanggulangi stress. Bentuk sediaan tablet ini tidak akan membuuat rasa perih di lambung. Disamping itu hormon tubuh juga dapat mempengaruhi urine. Seperti misalnya hormon renin, angiotension, dan hormon aldosteron yang gunanya merangsang reabsorbsi natrium di dalam tubulus distal. Renin dihasilkan oleh apparatus juxtaglomerulus yang fungsinya sebagai tambahan bagi peran apparatus juxtaglomerulus dalam otoregulasi, dan renin berbeda dari zat kimia vasoaktif lokal yang mempengaruhi aliran darah glomerulus. Sementara itu hormon aldosteron dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang efeknya adalah meningkatkan reabsorbsi natrium oleh tubulus distal. Hormon ini merangsang sintesis protein baru dalam sel tubulus. Kemudian ada satu hormon yang sangat berperan dalam kegiatan menahan kencing yaitu adalah hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin yang dihasilkan oleh badan sel neuron spesifik di hipotalamus, suatu bagian otak, kemudian disimpan di kelenjar hipofisis posterior, yang melekat ke hipotalamus melalui sebuah tangkai penghubung tipis.
Produksi urine dalam tubuh tidak akan pernah berhenti selama manusia hidup karena ini adalah kegiatan dalam rangka mempertahankan keadaan homeostasis tubuh. Urine yang terus menerus dibentuk oleh ren ini akan disimpan pada kandung kemih atau vesica urinaria sehingga tidak perlu dikeluarkan terus. Otot polos kandung kemih mendapat banyak persarafan serat parasimpatis yang bila dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Bila saluran keluar melalui uretra terbuka, kontraksi kandung kemih menyebabkan pengosongan urine dari kandung kemih yang memiliki pintu keluar yaitu sfingter yang merupakan cincin otot yang bila kontraksi menutup aliran yang melewati lubang yang bersangkutan. Sfingter uretra ada 2 yaitu interna yang terdiri dari otot polos dan dengan demikian berada di bawah kontrol involunter, sebenarnya bukan suatu otot terpisa, tetapi merupakan bagian terakhir dari kandung kemih. Sewaktu kandung kemih melemas, sfingter uretra interna menutup pintu keluar kandung kemih. Lainnya adalah sfingter uretra eksterna yaitu sfingter yang diperkuat seluruh diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu menunjang organ-organ panggul. Sfingter uretra eksterna ini di innervasi oleh neuron-neuron motorik secara terus menerus melepaskan potensial aksi dengan kecepatan sedang kecuali saat mengalami inhibisi, sehingga otot-otot ini mengalami kontraksi tonik untuk mencegah keluarnya urine melalui uretra. Dalam keadaan normal, sewaktu kandung kemih melemas dan terisi, sfingter uretra interna dan eksterna tertutup untuk mencegah urine keluar. Karena merupakan otot rangkka, sfingter eksterna berada di bawah kontrol kesadaran jadi dapat secara sengaja dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urine sewaktu kandung kemih berkontraksi dan sfingter interna terbuka. Mekanisme inilah yang terjadi saat manusia menahan kencing pada waktu melakukan suatu kegiatan kerja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan laporan tutorial diatas yang membahas tentang sistem uropoetika yang merupakan sistem utama tubuh dalam mempertahankan homeostasis tubuh karena melalui sistem ini tubuh mensekresi cairan sisa metabolisme sehingga tidak menjadi toksik di dalam tubuh dan tubuh juga mereabsorbsi zat-zat sisa tubuh yang masih bisa digunakan oleh tubuh.
Dalam sistem uropoetika, ren merupakan organ vital karena seluruh proses pembentukan urine dilakukan oleh ren mulai di bagian corpusculum malpighi yaitu kapsula bowmann dan glomerulus, tubulus kontortus proximal, tubulus descendens, ansa henle, tubulus ascendens, tubulus kontortus distal, tubulus koligens atau ductus bellini, pelvis renalis, ureter, vesica urinaria, dan berakhir pada uretra.
B. Saran
Dari pembahasan materi di bagian atas dapat diperhatikan beberapa hal yang mungkin bisa digunakan untuk pembenahan diri yaitu :
1. Mahasiswa harus mampu menjelaskan fungsi sistem uropoetika.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan organ-organ uropoetika.
3. Mahasiswa mengetahui mekanisme pembentukan urine.
4. Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal mempengaruhi kelainan urine baik warna maupun bentuknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hanif et al, 2003. Guidance to Anatomy II, Edisi Pertama (Revisi). Solo : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS
Katzung, B.G., 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3. Jakarta : EGC
Pearce, E.C., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Price, A. Sylvia; Wilson, M. Lorraine., 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
Setiadi, 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke 2. Jakarta : EGC
Tim UMS, 2009. PETUNJUK PRAKTIKUM PREMEDICAL SCIENCE IN HOMEOSTATIC SETTING, Edisi 2. Solo : FKUMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar