Cari Blog Ini

30/09/11

SISTEM SARAF


LAPORAN TUTORIAL
BLOK 2 SKENARIO 4

PERANAN SISTEM SARAF
DALAM
MENJADI KONTROL UTAMA TUBUH



Oleh :
Oni Juniar Windrasmara
J 5000 9000 3

Tutor :
dr. Riandini Aisyah, M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN

  1.  Latar Belakang
Semua bagian tubuh manusia senantiasa melakukan aktivitas. Ada bermacam-macam aktivitas yang terjdadi baik di dalam tubuh maupun di luar tubuh. Salah satunya adalah gerak. Tubuh manusia selalu melakukan gerakan setiap waktu, baik itu gerakan secara terkoordinasi atau sadar maupun gerakan yang terjadi secara tidak sadar.
Hal ini terjadi sedemikian rupa dikarenakan dalam tubuh manusia ini terdapat bermacam-macam sistem yang mendukung berbagai aktivitas kerja tubuh. Dan sistem yang paling utama adalah sistem saraf. Sistem ini bekerja untuk menggerakkan bagian tubuh baik secara sadar maupun tidak sadar.
Lalu berkaitan dengan pentingnya sistem saraf dalam kegiatannya melakukan aktivitas hidup bagi manusia. Maka penulis ingin membahasnya di dalam cakupan laporan yang berjudul tentang Peranan Sistem Saraf Dalam Menjadi Kontrol Utama Tubuh.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis dapat merumuskan berbagai masalah sebagai berikut:
1.             Sistem Saraf
v  Hubungan sistem saraf dengan homeostasis
v  Penyusun saraf pusat
v  Organ–organ sistem saraf
v  Perbedaan saraf somatik dan otonom
v  Perbedaan sistem saraf simpatik dan parasimpatik
v  Mekanisme sistem saraf otonom
v  Jaras refleks
2.             Fungsi Mielin
3.             Sinaps
4.             Impuls
5.             Reseptor
6.             Efektor
7.             Otak
v  Bagian otak
v  Cerebrospinal
v  Cerebrum
v  Cerebelum
8.             Sistem Limbik
9.             Refleks

C.    Tujuan
Melalui cakupan laporan tutorial ini bertujuan supaya:
1.             Mahasiswa mengerti tentang pengertian serta fungsi sistem saraf.
2.             Mahasiswa mengetahui struktur makroskopis dan mikroskopis sistem saraf.
3.             Mahasiswa mengetahui organ-organ yang terlibat dalam sistem saraf.
4.             Mahasiswa mengerti tentang pentingnya sistem saraf dalam aktivitas manusia.
5.             Mahasiswa mengerti tentang bahayanya kerusakan sistem saraf.

D.    Manfaat
Melalui laporan tutorial ini, diharapkan supaya dapat dipetik manfaatnya seperti misalnya yaitu:
1.             Mahasiswa mengetahui pentingnya sistem saraf bagi keadaan homeostasis tubuh manusia.
2.             Mahasiswa dapat menjelaskan kerja sistem saraf pada manusia.
3.             Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai organ pada sistem saraf.
4.             Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai resiko kerusakan sistem saraf.


BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1          Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimiliki oleh tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju (www.freewebs.com).
2.2          Neuron adalah sel-sel sistem saraf khusus peka rangsang yang menerima masukan sensorik atau aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau organ reseptor sensorik, dan menyalurkan masukan motorik atau masukan eferen ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar, yaitu organ-organ efektor (Price et al, 2005).
2.3          Impuls adalah rangsangan atau pesan (www.freewebs.com).
2.4          Reseptor adalah struktur yang dapat menerima impuls (www.freewebs.com).
2.5          Efektor adalah alat yang bereaksi pada perangsangan saraf (FKUI, 2008).
2.6          Sistem saraf sebagai salah satu dari dua sistem kontrol utama, mengatur banyak aktivitas tubuh yang ditujukan unntuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal (Sherwood, L., 2001).
2.7          Sistem saraf manusia merupakanjalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengkoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya (Price et al, 2005).
2.8          Sistem saraf adalah sistem yang mengkoordinasi aktivitas-aktivitas tubuh yang cepat melalui transmisi cepat impuls listrik (Sherwood, L., 2001).
2.9          Sistem saraf dibentuk oleh jaringan interaktif kompleks dari tiga jenis dasar sel saraf yaitu neuron aferen, neuron eferen dan antarneuron (Sherwood, L., 2001).
2.10      Sistem saraf terorganisasi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi/perifer (Sherwood, L., 2001).
2.11      Fungsi sistem saraf yaitu mengolah informasi yang masuk melalui beberapa jalan sehingga timbul respon motorik dan mental yang sesuai (Guyton et al, 2007).
2.12      Di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler dan gairah seksual. Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatetis dan sistem saraf parasimpatetis yang kerjanya saling berlawanan. Jika sistem saraf simpatetis meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi (peripheral) dan pembesaran pembuluh darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf parasimpatetis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis dan menaikkan semua fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf simpatetis (Utami, 2002)
2.13      Susunan sistem saraf pusat terdiri dari otak dan korda spinalis yang menerima masukan mengenai lingkungan internal dan eksternal dari neuro aferen. Sistem saraf pusat menyortir dan mengolah masukan ini, kemudian memulai pengarahan yang sesuai di neuron-neuron eferen, yang membawa instruksi ke kelenjar atau otot untuk melaksanakan respons yang diinginkan seperti beberapa jenis sekresi atau gerakan (Sherwood, L., 2001).
2.14      Sistem saraf tepi terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara saraf pusat dan bagian tubuh lain/perifer. Sistem saraf terbagi menjadi divisi aferen dan divisi eferen. Divisi aferen bertugas membawa informasi ke sistem saraf pusat, memberitahu sistem saraf pusat mengenai lingkungan eksternal dan aktivitas-aktivitas internal yang diatur oleh sistem saraf pusat. Instruksi  dari sistem saraf pusat disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor atau otot atau juga kelenjar yang melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yang diinginkan (Sherwood, L., 2001).
2.15      Sistem saraf eferen dibagi lagi menjadi sistem saraf somatik, yang terdiri dari serat-serat neuron motorik yang mempersarafi otot-otot rangka dan serat-serat sistem saraf otonom, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem yang terakhir dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, keduanya mempersarafi sebagian besar organ yang dipersarafi oleh sistem otonom (Sherwood, L., 2001).
2.16      Sistem saraf melakukan kontrolnya terhadap hampir sebagian besar aktivitas otot dan kelenjar tubuh yang sebagian besar ditujukan untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, L., 2001).
2.17      Neuron dikhususkan untuk menghasilkan sinyal listrik dan biokimia cepat. Neuron juga mampu mengolah, memulai, mengkode, dan menghantarkan perubahan-perubahan pada potensial membrannya sebagai suatu cara untuk menyalurkan pesan dengan cepat melintasi panjangnya (Sherwood, L., 2001).
2.18      Refleks adalah respons apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar (Sherwood, L., 2001).
2.19      Lengkung refleks adalah jalur-jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks, yang mencakup 5 komponen dasar yaitu reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, efektor (Sherwood, L., 2001).
2.20      Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih dari gerak sadar (Setiadi, 2007).
2.21      Refleks tergantung pada terdapatnya arkus refleks yang terdiri dari organ sensoris dan serat-serat saraf yang membawa impuls ke sistem saraf pusat, saraf motorik yang membawa impuls ke otot. Refleks ini terjadi dari rangsangan sensoris langsung menuju jalur motoris tanpa melalui otak (Setiadi, 2007).
2.22      Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas itu (Pearce, E.C, 2006).
2.23      Sinapsis adalah hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain biasanya terjdai dari ujung percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain (www.freewebs.com).
2.24      Sinaps merupakan titik penghubung dari satu neuron ke neuron lainnya yang menentukan arah penyebaran sinyal saraf melalui sistem saraf. Kerja sinaps bersifat selektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan sinyal yang lebih kuat dijalarkan, namun pada saat lain menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu atau juga meneruskan sinyal-sinyal ini ke segala arah dan tidak hanya satu arah (Guyton et al, 2007).
2.25      Mielin adalah selubung lemak akson saraf yang diselubungi juga oleh selubung putih schwann (FKUI, 2008).
2.26      Mielin merupakan suatu kompleks protein-lemak berwarna putih yang melapisi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna (Price et al, 2005).
2.27      Bagian-bagian otak ada tiga yaitu otak depan yang menjadi belahan otak (hemisphenium cerebri), korpus striatum dan talami (talamus dan hipotaamus), kemudian otak tengah atau diencephalon, dan yang ketiga adalah otak belakang yang terdiri dari pons varolli, medulla oblongata dan cerebelum (Pearce, E.C, 2006).
2.28      Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti oleh meningia yang melindungi struktur saraf yang halus itu, membawa pembuluh darah ke situ, dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu cairan serebrospinal memperkecil benturan atau goncangan (Pearce, E.C, 2006).
2.29      Fungsi cairan serebrospinal adalah sebagai buffer, melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Menghantarkan makanan ke jaringan sistem persarafan pusat (Pearce, E.C, 2006).
2.30      Cerebrum merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak dan terdiri dari otak besar kiri yang fungsinya mengatur kegiatan organ tubuh bagian kanan dan otak besar kiri yang berfungsi mengatur kegiatan bagian tubuh kiri (www.freewebs.com).
2.31      Cerebelum adalah bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar yang berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubub serta posisi tubuh (www.freewebs.com).
2.32      Sistem limbik terletak dibagian tengah dari otak. Fungsinya bersifat emosi dan kognitif, yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenagkan, memori dan kemauan belajar, juga mengendalikan bioritme seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, detak jantung, seksual dan lain-lain (http://suaradinamika.atspace.com/kekuatan_pikiran.htm).
2.33      Acth = adrenocorticotropic hormone (Dorland, 2002).
2.34      Acth adalah hormon yang dihasilkan adenohipofisis yang mengatur fungsi korteks glandula suprarenalis (FKUI, 2008).
2.35      Epinefrin adalah hormon kotekolamin yang disekresi oleh bagian medula kelenjar adrenal dan sebuah neurotransmiter yang dilepas oleh neuron-neuron tertentu yang bekerja aktif di sistem susunan saraf. Epinefrin tersimpan dalam granul kromafin dan akan dilepas sebagai respons terhadap hipoglikemia, stres, dan rangsang lain. Epinefrin merupakan stimulator kuat pada reseptor adrenergik sistem saraf simpatis dan stimulan jantung yang kuat yang mempercepat denyut jantung dan meningkatkan curah jantung. Hormon ini meningkatkan glikogenolisis dan mengeluarkan efek metabolik lain (Dorland, 2002).
2.36      Defekasi adalah buang air besar (FKUI, 2008).
2.37      Miksi adalah kencing atau pengeluaran kemih dari kandung kencing (FKUI, 2008).

BAB III
PEMBAHASAN

Skenario
“ Betapa Sempurna Ciptaan Allah ”
       Ahmad dan Budi, bercakap-cakap di kantin FK tentang kuliah Prof. Abu Rizal mengenai Sistem Saraf tubuh. Ahmad sangat kagum terhadap kelistrikan membran saraf, sinaps, mielin dan neuron aferen dan eferen. Dia bersemangat membahas kuliah bersama Budi tentang sistem saraf otonom, sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat yang terdiri dari cerebrum dan cerebelum, dll. “Budi, Subhanallah ya ciptaan Allah, otak kita yang berlobus-lobus bisa lebih canggih daripada computer. Tapi aku lupa tentang penjelasan Prof mengenai sistem limbik, jaras refleks, dan gambar di bawah ini (Gambar dicantumkan dalam buku panduan tutorial). Kamu paham tidak Bud?
      
Analisis Skenario
       Sistem saraf adalah salah satu sistem yang memiliki peranan penting di dalam suatu kontrol utama tubuh manusia. Fungsi dasar sistem saraf adalah mengolah informasi yang masuk melalui beberapa jalan sehingga timbul respon motorik dan mental yang sesuai. Kerja yang dilakukan oleh sistem ini sangat berhubungan dengan gerak tubuh yang dilakukan oleh manusia dalam aktivitas-aktivitasnya. Hal ini dikarenakan gerakan yang dilakukan oleh tubuh secara terkontrol ataupun tidak terkontrol itu diolah terlebih dahulu dalam mekanisme sistem saraf. Sistem saraf itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu saraf pusat dan juga sistem saraf perifer atau yang sering disebut saraf tepi. Dalam sistem ini, ada 2 organ penting yang menjadi pokok utama dalam mengolah rangsangan baik oleh eksternal maupun lingkungan internal yaitu adalah otak dan korda spinalis atau medula spinalis. Organ utama tersebut menerima rangsangan atau yang disebut juga dengan impuls dari serat-serat atau saraf-saraf yang bertugas dalam menyalurkan rangsangan kepada pusat yaitu adalah neuron aferen yang bertugas menerima rangsangan lalu menyalurkan rangsangan tersebut menuju cornu posterior medula spinalis dan pusat kesadaran utama yaitu gyrus centralis posterior di otak, selanjutnya rangsangan dari neuron aferen langsung diteruskan oleh neuron eferen guna dibawa menuju otot. Kemudian dari mekanisme inilah akan timbul gerakan atau reflek.
       Demikian pula pada neuron eferen pun dapat dibagi lagi menjadi dua sistem saraf yaitu sistem saraf somatik yang intinya yaitu sistem saraf yang berhubungan dengan bagian utama badan seperti rangka. Lalu yang kedua adalah sistem saraf otonom. Sistem saraf ini mempersarafi bagian-bagian otot yang ada dalam organ dalam tubuh seperti jantung dan juga kelenjar-kelenjar dalam tubuh yang lainnya.
Sistem saraf merupakan sistem yang terbesar yang bekerja di dalam tubuh. Sistem ini berada si segala bagian tubuh, juga bekerja di seluruh sistem yang juga bekerja dalam tubuh, misalnya cardiovaskuler, respirasi, uropetika, digestivus dan sistem-sistem yang lainnya. Kemudian dari hal inilah masih dapat lagi dibagi dari sistem saraf otonom menjadi dua sistem saraf lagi yaitu adalah sistem simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
       Sistem saraf juga mengatur suatu gerak tanpa sadar yaitu gerak reflek. Gerakan ini terjadi dengan tujuan untuk suatu perlindungan diri terhadap gangguan yang terjadi pada reseptor tubuh yang sensitif. Penting diketahui bahwa untuk menentukan berfungsi tidaknya saraf tubuh kita dapat mengetesnya melalui uji reflek. Uji reflek pada manusia sangat bermacam jenisnya mulai dari reflek kornea hingga reflek pada tendon acchilles.
       Gangguan-gangguan yang terjadi pada saraf sendiri sangat bermacam-macam penyebabnya yaitu salah satunya adalah penurunan aliran darah dan juga adanya metabolik toksik. Banyak gejala-gejala lain yang bervariasi dalam tubuh manusia mulai dari tanda-tanda yang sederhana, obyektif, dan mudah dibangkitkan hingga tanda-tanda yang sangat individual dan kompleks. Gangguan yang terjadi akan sangat merugikan bagi tubuh manusia karena manusia menjadi terganggu panca inderanya sehingga tidak dapat merasakan apapun. Atau dapat pula manusia sudah mati rasa terhadap apapun baik penglihatan pendengaran serta juga penciuman dan yang lainnya.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
       Dari pembahasan laporan tutorial diatas yang membahas tentang sistem saraf sebagai kontrol utama tubuh manusia dapat diambil kesimpula bahwa sistem saraf merupakan mekanisme sistem terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Sistem ini tidak hanya bekerja di satu atau pun dua bagian tubuh, namun sistem saraf bekerja di seluruh bagian sistem tubuh. Sistem saraf adalah sistem yang mengatur segalanya di dalam tubuh. Pusat pengaturan sistem saraf adalah otak. sistem ini bekerja setelah adanya suatu impuls atau rangsangan yang dibawa oleh saraf-saraf menuju otak. kemudian di dalam otak diproses sehingga kemudian menjadi suatu reflek, misalnya adalah suatu gerakan perlawanan atau gerakan pertahanan tubuh terhadap suatu gangguan yang terjadi pada manusia baik internal maupun gangguan eksternal.

B.     Saran
Dari pembahasan materi di bagian atas dapat diperhatikan beberapa hal yang mungkin bisa digunakan untuk pembenahan diri yaitu :
1.             Mahasiswa harus mampu menjelaskan organ sistem saraf manusia
2.             Mahasiswa harus tahu mekanisme sistem saraf secara fisiologis.
3.             Mahasiswa diharapkan untuk mengetahui bahaya kerusakan organ-organ sistem saraf.
4.             Mahasiswa diharuskan mengetahui gejala – gejala kerusakan sistem saraf dan terapi penyembuhannya.
5.             Mahasiswa mampu memahami dengan baik hal- hal yang berhubungan dengan kestabilan sistem saraf pada tubuh manusia yang sangat penting dalam pengaturan berbagai organ dan sistem-sistem di dalam tubuh.



DAFTAR PUSTAKA

v   Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta : EGC.
v   FKUI, 2008. Kamus Kedokteran, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
v   Guyton, C. Arthur; Hall, E. John., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC.
v   Pearce, E.C., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
v   Price, A. Sylvia; Wilson, M. Lorraine., 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
v   Setiadi, 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
v   Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke 2. Jakarta : EGC.
v   Utami, M.S., 1991, Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara di Muka Umum, Tesis. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
v   www.freewebs.com(8-11-2009).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar