Cari Blog Ini

30/09/11

SISTEM RESPIRASI & GANGGUANNYA


LAPORAN TUTORIAL
BLOK 2 SKENARIO 2

SISTEM RESPIRASI DAN GANGGUANNYA
TERUTAMA PADA BAYI PREMATUR




Oleh :
Oni Juniar Windrasmara
J 5000 9000 3

Tutor :
dr. Dewi


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

BAB I
PENDAHULUAN

  1.  Latar Belakang
Manusia dalam kodratnya diciptakan untuk dapat bertahan hidup dengan bernafas. Manusia sangatlah beruntung karena memiliki organ sistem respirasi lengkap dengan berbagai fungsinya masing-masing dalam tubuh. Pada intinya bernafas adalah suatu kegiatan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Pernafasan itu sendiri juga melibatkan berbagai macam kandungan-kandungan zat-zat yang ada dalam tubuh. Akan tetapi di dalam sistem pernafasan segalanya tidaklah semudah membalik telapak tangan, ada banyak sekali gangguan-gangguan dalam pernafasan yang sangat mungkin terjadi di dalam berbagai organ-organ tubuh yang menjadi organ penyokong sistem respirasi ini. Disamping itu adapula gangguan proses respirasi pada bayi yang lahir prematur. Pada bayi yang lahir secara prematur akan sangat berisiko sekali dalam sistem respirasinya, karena di dalam tubuh ibunya masih belum mencukupi produksi surfaktan yang notabene berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan pada alveoli sehingga akan mencegah kolapsnya paru. Apabila hal ini terjadi, bayi akan mengalami mati lemas.
Melalui berbagai gangguan-gangguan baik yang termasuk kategori sedang maupun yang sudah memasuki kondisi akut dalam sistem respirasi tersebut, manusia dapat merasakan sakit. Apalagi kita ketahui bahwa manusia sangatlah membutuhkan untuk bernafas, jadi amat sangat mungkin juga menuju kematian.
Lalu berkaitan dengan pentingnya sistem respirasi dalam kegiatannya mempertahankan hidup bagi manusia. Maka penulis ingin membahasnya di dalam cakupan laporan yang berjudul tentang Sistem Respirasi dan Gangguannya Terutama Pada Bayi Prematur.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka penyusun dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1.             Apa sajakah kandungan surfaktan dalam tubuh?
2.             Apa sajakah penyebab dari sianosis?
3.             Apa fungsi surfaktan dan akibat kekurangan surfaktan tersebut?
4.             Bagaimanakah proses terjadinya inspirasi dan ekspirasi dalam sistem pernafasan?
5.             Faktor-faktor apakah di dalam penyebab gangguan respirasi?
6.             Apa saja organ-organ dalam sistem respirasi dan juga beserta fungsinya?
7.             Apakah fungsi bernafas bagi kehidupan?
8.             Dan apa saja masalah umum yang terjadi pada bayi yang lahir prematur?

C.    Tujuan
Melalui cakupan laporan tutorial ini bertujuan supaya:
1.             Mahasiswa mengerti tentang pengertian respirasi serta fungsi-fungsinya bagi kehidupan manusia.
2.             Mahasiswa mengetahui organ-organ yang terlibat dalam respirasi.
3.             Mahasiswa mengerti tentang pentingnya surfaktan dalam sistem respirasi.
4.             Mahasiswa mengerti tentang bahayanya bayi yang lahir secara prematur.
5.             Mahasiswa tahu tentang berbagai gangguan-gangguan dalam sistem respirasi.

D.    Manfaat
Melalui laporan tutorial ini, diharapkan supaya dapat dipetik manfaatnya seperti misalnya yaitu:
1.             Mahasiswa mengetahui pentingnya sistem respirasi bagi keadaan homeostasis tubuh manusia.
2.             Mahasiswa dapat menjelaskan kerja sistem respirasi pada manusia.
3.             Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai gangguan pada sistem respirasi.
4.             Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai resiko bayi lahir prematur.
5.             Mahasiswa mampu menjelaskan tentaang fungsi-fungsi kandungan zat-zat pada sistem respirasi.
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1          Sistem pernapasan sangat berperan bagi homeostasis dengan memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan eksternal. Sistem ini membantu mengatur pH lingkungan internal dengan menyesuaikan tingkat pengeluaran karbondioksida pembentuk asam (Sherwood,L., 2001).
2.2          Bernapas adalah proses pergerakan udara keluar-masuk paru secara berkala sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalm pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan darah kapiler paru diganti oleh udara atmosfer segar (Sherwood,L., 2001).
2.3          Fungsi utama respirasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 (Sherwood,L., 2001).
2.4          Fungsi respirasi adalah mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran dan mengeluarkan co2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran kemudian dibawa oleh darah ke paru untuk dibuang (Setiadi, 2007).
2.5          Pernapasan internal adalah mengacu kepada reaksi metabolisme intrasel yang menggunaka oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama oksidasi molekul-molekul nutrien penghasil energi (Sherwood,L., 2001).
2.6          Pernapasan eksternal mencakup berbagai langkah yang terlibat dalam pemindahan oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel jaringan. Sistem pernapasan dan sirkulasi berfungsi bersama-sama untuk melaksanakan pernapasan eksternal (Sherwood,L., 2001).
2.7          Respirasi externa adalah respirasi melalui paru, oksigen dipungut melalui hidung atau mulut, pada waktu respirasi, oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungannya dengan darah di dalam kapiler pulmonalis (Pearce,E.C, 2006).
2.8          Respirasi interna adalah darah yang telah menjenuhkan Hb dengan oksigen, mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari Hb untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida (Pearce,E.C, 2006).
2.9          Inspirasi adalah menarik nafas atau proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot (Pearce,E.C,2006).
2.10      Ekspirasi adalah udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena peru kempes kembali, disebabkan sifat elastik paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif (Pearce,E.C, 2006).
2.11      Saluran pernafasan adalah saluran yang mengangkut udara antara atmosfer dan alveolus, tempat terakhir yang merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah dapt berlangsung (Sherwood,L., 2001).
2.12      Saluran pernafasan pada manusia adalah sebagai berikut dari nares anterior (apertura nasalis anterior) menuju ke cavitas nasalis, choanae (apertura nasalis posterior), nasopharinx, larynx, trakhea, bronchus primarius (bronchus principalis), bronchus secundus (bronchus lobaris), bronchus tertius (bronchus segmentalis), bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium alveolaris, sacculus alveolaris kemudian berakhir pada alveolus tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida (Hanif et al, 2005).
2.13      Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, dan berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernafasan (Sherwood,L., 2001).
2.14      Dinding alveolus terdiri dari sel alveolus tipe I yang tipis dan membentuk dinding alveolus serta sel alveolus tipe II yang mengeluarkan surfaktan paru (Sherwood,L., 2001).
2.15      Surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke dalam cairan yang melapisi permukaan bagian dalm alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang peran penting dalam mencegah kolapsnya alveolus (Guyton et al, 2007).
2.16      Surfaktan adalah suatu kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan paru (Sherwood,L., 2001).
2.17      Surfactant adalah campuran fosfolipid yang di sekresi oleh sel alveolus tipe II ke dalam alveoli dan saluran pernapasan, yang menurunkan tegangan permukaan cairan paru dan dengan demikian menambah sifat elastik jaringan paru (Dorland, W. A. N., 2002).
2.18      Peran surfaktan paru adalah meningkatkan compliance paru, sehingga mengurangi kerja yang diperlukan untuk mengembangkan paru dan menurunkan kecenderungan paru menciut, sehingga paru tidak mudah kolaps (Sherwood,L., 2001).
2.19      Defisiensi surfaktan merupakan penyebab sindrom distres pernapasan pada bayi baru lahir (Sherwood,L., 2001).
2.20      Gawat napas pada bayi, penyebab terseringnya adalah penyakit membran hialin (Respiratory Distress Syndrome) dan Sindrom Aspirasi Mekonium (Mansjoer et al, 2000).
2.21      Penyakit Membran Hialin (Respiratory Distress Syndrome)
Etiologi                       : Kekurangan surfaktan pada paru bayi
Faktor resiko              : Prematuritas
Manifestasi klinik       : Memiliki riwayat asfiksia perinatal
Pencegahan                 : Pemberian kortikosteroid 48-72 jam sebelum persalinan yang mampu untuk menurunkan insidens dan mortalitas akibat Penyakit Membran Hialin.
(Mansjoer et al, 2000).
2.22      Paru janin yang sedang berkembang biasanya belum memiliki kemampuan untuk mensintesis surfaktan paru sampai kehamilan tahap akhir. Khususnya pada bayi yang lahir prematur, surfaktan paru mungkin tidak cukup untuk mengurangi tegangan permukaan alveolus ke tingkat yang dapat ditoleransi. Kumpulan gejala yang timbul kemudian disebut sebagai sindrom distres pernapasan pada bayi yang baru lahir (Sherwood,L., 2001).
2.23      Distres pernapasan yang terjadi pada defisiensi surfaktan dapat cepat menimbulkan kematian karena usaha bernapas menyebabkan kelelahan atau inadekuat untuk menunjang pertukaran gas efisien (Sherwood,L., 2001).
2.24      Penyakit membran hialin sering terjadi pada bayi-bayi prematur yang baru lahir, jumlah surfaktan yang disekresikan alveoli sangat kurang. Akibatnya, tegangan permukaan cairan alveolus menjadi beberapa kali lipat lebih tinggi dari normal sehingga menyebabkan paru bayi cenderung kolaps, atau terisi cairan. Bayi ini yang mati lemas karena sebagian besar paru menjadi atelektatik (Guyton et al, 2007).
2.25      Sindroma distres pernapasan adalah Sindroma Gawat Pernafasan (dulu disebut Penyakit Membran Hialin) adalah suatu keadaan dimana kantung udara (alveoli) pada paru-paru bayi tidak dapat tetap terbuka karena tingginya tegangan permukaan akibat kekurangan surfaktan. Sindroma gawat pernafasan hampir selalu terjadi pada bayi premature, semakin prematur, semakin besar kemungkinan terjadinya sindroma ini. Bayi yang sangat prematur mungkin tidak mampu untuk memulai proses pernafasan karena tanpa surfaktan paru-paru menjadi sangat kaku. Bayi yang lebih besar bisa memulai proses pernafasan, tetapi karena paru-paru cenderung mengalami kolaps, maka terjadilah sindroma gawat pernafasan.   (www.medicastore.com).
2.26      Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru (www.klinikindonesia.com).
2.27      Asfiksia adalah suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi pulmoner (Setiadi, 2007).
2.28      Respiratory disease syndrome pada bayi adalah Hyaline membrane disease yang merupakan gangguan pada bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur karena kekurangan surfaktan. Surfaktan mulai diproduksi oleh janin pada usia kehamilan 34 minggu, dan pada umur kehamilan 37 minggu jumlahnya sudah cukup untuk pernafasan normal. Puncak keparahan terjadi pada 24-48 jam, akan membaik dalam waktu 72-96 jam (tanpa terapi surfaktan) tergantung dari maturitas bayi. Recovery dapat lebih lama jika ada barotrauma atau oxidative injury (www.jantunghipertensi.com).
2.29      Sianosis adalah warna biru yang disebabkan meningkatnya Hb pada kapiler di bawah kulit atau membran mukosa biasanya bila Hb lebih dari 5gr/100ml (Nawas,A., 2009).
2.30      Macam sianosis adalah sianosis perifer yaitu disebabkan adanya perlambatan aliran darah lokal pengambilan oksigen darah lebih lambat. Daerah tersebut biasanya dingin. Dan selain itu adalah sianosis central yaitu terjadi pada daerah dimana aliran darah tinggi (Nawas,A., 2009).
2.31      Hipoksia adalah penurunan tekanan oksigen didalam atau diluar tubuh (Nawas,A., 2009).
2.32      Hipoksia adalah defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ. Hipoksia dapat terjadi akibat kekurangan oksigen dalam atmosfer, anemia, gangguan sirkulasi darah, penyakit paru, adanya zat toksik seperti karbon monoksida atau sianida (Setiadi, 2007).
2.33      Hiperkapnia adalah peningkatan kadar Karbondioksida dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia. Jika karbondioksida berlebih akan meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hidrogen, yang akan menyebabkan asidosis atau kadar asam berlebih (Setiadi, 2007).







BAB III
PEMBAHASAN

Skenario
“Khitanan Faris”
       Faris seminggu yang lalu di khitan, hari ini keluarga mengadakan syukuran dengan mengundang teman-temannya. Untuk menyemarakkan suasana Ibu membagikan balon untuk ditiup ke semua anak-anak yang hadir. Faris bersemangat meniup balonnya. Ia melakukan inspirasi maksimal, cavum thorax mengembang, kemudian dia menahannya sejenak dan meniup balon dengan kuat. Menyaksikan kegembiraan Faris, ibunya teringat kembali keadaan Faris sewaktu lahir.
       Faris lahir pada usia kehamilan 34 minggu. Sesaat setelah lahir, ia mengalami gangguan pernafasan selama kurang lebih 3 hari. Nafasnya sangat cepat, cuping hidungnya kembang kempis, terdengar suara merintih dan terlihat sianosis. Saat menarik nafas dadanya tampak cekung, kata Dokter itu akibat otot intercostalis dan suprasternalis tertarik ke dalam saat menarik nafas. Dokter juga menjelaskan, paru-paru Faris belum dapat memproduksi cukup surfaktan sehingga perlu bantuan ventilator untuk membuka alveolinya. Dokter juga memberi oksigen sebagai terapi. Untuk mengetahui ventilator bekerja dengan baik, dilakukan pemeriksaan analisis gas darah agar diketahui kadar O2, CO2 dan beberapa zat lain dalam darah.
      
Analisis Skenario
Pernapasan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh manusia ataupu makhluk hidup lainnya di muka bumi ini dalam tujuan untuk mendapatkan energi. Energi ini didapatkan melalui oksigen yang dihirup pada saat inspirasi, proses ini juga disertai dengan pengeluaran karbondioksida dari dalam tubuh pada saat melakukan ekspirasi. Karbondiooksida sendiri akan sangat berbahaya apabila tidak dikeluarkan dari tubuh karena zat ini akan menjadi toksin yang beracun bagi dalam tubuh.
Pernapasan memiliki organ-organnya tersendiri yang membentuk sistem yang lengkap. Dimulai dari  bagian penyalur, kemudian ada bagian respiratorik, hingga diakhiri di bagian fungsional yang merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida yaitu pada alveolus. Mekanisme pernapasan itupun terbagi menjadi 2 yang pertama proses inspirasi yaitu dimana otot-otot interkostalis berkontraksi sehingga cavum thorax membesar, akibatnya tekanan dalam cavum thorax menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar kaya oksigen masuk. Sedangkan proses ekspirasi adalah sebaliknya yaitu saat otot-otot interkostalis berrelaksasi ke posisi semula sehingga cavum thorax menjadi kecil, sebagai akibatnya tekanan dalam cavum thorax menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara kaya karbondioksida akan keluar.
Pada alveolus sendiri selain menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida, juga menjadi organ yang menghasilkan surfaktan. Surfaktan merupakan suatu zat penting dalam pernapasan, karena zat ini mempunyai fungsi sebagai pencegah kolapsnya alveolus yang notabene menjadi tempat pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Zat ini tersusun dari  berbagai macam zat seperti misalnya fosfolipid, protein, dan ion. Zat penyusun yang paling utama adalah fosfolipid dipalmitoilfosfatidilkolin, appoprotein surfaktan, dan ion yaitu ion kalsium.
Berbagai masalah pernapasan sering muncul karena ketiadaan atau kekurangan zat surfaktan ini, salah satunya adalah gawat napas pada neonatus. Gawat napas pada neonatus itu sendiri seringnya disebabkan oleh respiratory distress syndrome atau lebih khususnya adalah penyakit membran hialine serta sindrom aspirasi mekonium. Pada skenario ini, gejala-gejala yang diderita oleh fariz lebih mengarah kepada penyakit membran hialine. Penyakit ini terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan ibunya secara prematur, atau kurang dari 34 minggu masa kandungan. Surfaktan sendiri baru dapat dihasilkan oleh sel alveolus tipe II secara lengkap setelah 37 minggu masa kandungan. Kekurangan surfaktan pada bayi ini mengakibatkan tegangan permukaan alveolus pada bayi menjadi beberapa kali lipat lebih tinggi dari normalnya sehingga menyebabkan paru bayi cenderung kolaps, atau akan terisi penuh oleh cairan. Banyak gejala-gejala umum dari penyakit membran hialin ini seperti nafas yang kencang pada bayi, asfiksia, sianosis atau warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat dari peningkatan atau jumlah absolut teraduksi serta retraksi interkostal dan subkostal. Ada banyak cara pencegahan penyakit ini, namun hal ini dirasa masih belum bisa terbukti dapat menghentikan penyakit ini, seperti misalnya yaitu dengan pemberian kortikosteroid pada wanita hamil 48-72 jam sebelum persalinan dengan janin masa gestasi ≤34 minggu untuk menurunkan insidens dan mortalitas akibat penyakit membran hialine itu. Selain itu dapat pula digunakan betametason atau deksametason intramuskular 1-2 dosis. Namun alangkah lebih baiknya yaitu pencegahan kelahiran prematur yang sudah dijelaskan diatas semua resiko-resikonya.




















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
       Dari pembahasan laporan tutorial diatas yang membahas tentang respirasi dan gangguannya pada bayi prematur maka penulis sebisa mungkin menarik kesimpulan bahwa pernapasan adalah suatu kegiatan mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida supaya tidak menjadi sampah beracun dalam tubuh. Fungsi dari pernapasan sendiri adalah untuk mendapatkan energi untuk hidup melalui oksigen yang didapat dari lingkungan luar tubuh. Organ utama dalam sistem pernapasan itu adalah paru. Selain itu masih banyak pula organ-organ pendukung sistem pernapasan yang lainnya seperti misalnya cavitas nassal, pharynx, larynx, trakhea, bronchus, bronchiolus, serta alveolus.
       Di dalam alveolus dihasilkan zat yang bernama surfaktan yang gunanya mencegah kolapsnya alveolus dengan cara menurunkan tegangan permukaan alveolus. Pada kelahiran bayi secara prematur belum terdapat kandungan surfaktan yang cukup karena zat ini baru terbentuk lengkap setelah 37 minggu masa kandungan. Akan pentingnya zat ini, kekurangan surfaktan ini sangat berbahaya bagi bayi tersebut karena dapat menimbulkan kematian karena lemas. Kekurangan surfaktan ini juga dapat mengakibatkan bayi mengalami respiratory distress syndrome atau penyakit membran hialine yang sangat berbahaya bagi kondisi pernapasan seorang bayi yang lahir prematur tersebut.

B.     Saran
Dari pembahasan materi di bagian atas dapat diperhatikan beberapa hal yang mungkin bisa digunakan untuk pembenahan diri yaitu :
1.             Mahasiswa harus mampu menjelaskan organ sistem respirasi manusia.
2.             Mahasiswa diharapkan untuk mengetahui bahaya kekurangan surfaktan pada kelahiran bayi prematur.
3.             Mahasiswa diharapkan mengetahui terapi-terapi penyembuhan gangguan pernapasan pada bayi prematur.
DAFTAR PUSTAKA

v   Dorland, W. A. N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta : EGC.
v   Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC.
v   Hanif et al, 2003. Guidance to Anatomy II, Edisi Pertama (Revisi). Solo : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.
v   Mansjoer et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aeskulapius FKUI.
v   Nawas, A., 2009. Pendekatan Khusus Sianosis dan Hipoksia. Jakarta : Dept. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI.
v   Pearce, E. C., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
v   Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke 2. Jakarta : EGC.
v   Setiadi, 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
v   www.klinikindonesia.com(28 Oktober 2009).
v   www.medicastore.com(27 Oktober 2009).
v   www.jantunghipertensi.com(28 Oktober 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar