A. Sinonim
Nama-nama lain dari Pitiriasis versikolor (PV) antara lain : Tinea versikolor; Dermatomycosis furfuracea, Tinea flavea, Liver spots, Chromophytosis, Panu, Panau, Pitiriasis simplek, Pitiriasis makulata, Impetigo sika, Impetigo pitiroides.
B. Sejarah
Pada tahun 1853, Robin menamakan organisme tersebut sebagai Mycrosporum furfur karena dianggap mempunyai kemiripan dengan Mycrosporum audouinii, dan mengubah nama penyakitnya menjadi Tinea versikolor untuk menghubungkannya dengan infeksi dermatofit (ringworm) lainnya. Pada tahun 1874, Malassez menekankan kembali bentuk mirip ragi organisme tersebut dan beranggapan bahwa bentuk tersebut berbeda dengan miselium pada jamur yang telah diketahui sebelumnya. Baillon beranggapan bahwa ragi dari Pitiriasis tersebut tidak mempunyai hubungan dengan spesies Mycosporum yang menjadi penyebab ringworm. Pada tahun 1889 ia membentuk suatu genus dan menamakannya Malassezia untuk membedakannya dengan spesies Mycrosporum dari dermatofit, kemudian memasukkan Malassezia furfur sebagai organisme penyebab Pitiriasis versikolor kedalam genus tersebut. Pada tahun 1951, Morris Gordon mengisolasi, menandai ciri, dan keaslian Malasezia furfur dan menamakannya Pityrosporum orbiculare serta memasukkanya ke dalam suatu genus Pityrosporum.
C. Etiologi
PV disebabkan oleh ragi lipofilik yang merupakan flora normal kulit yang dikenal dalam genus Malassezia, dan sebagai spesies tunggal disebut sebagai Malassezia furfur. Organisme ini merupakan bentuk filamen patogenik dari Pityrosporum orbiculare.
D. Epidemiologi
PV dapat menyerang hampir semua umur, terutama usia remaja dan dewasa muda karena pada usia-usia tersebut elenjar minyak bekerja lebih aktif, oleh sebab itu mahasiswa yang termasuk dalam kelompok umur ini sering menderita PV. Jumlah kejadian PV pada pria dan wanita tidak banyak berbeda, dan penyakit ini bisa menyerang semua bangsa atau ras di seluruh dunia, terutama di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.
Orang–orang yang bekerja sebagai buruh bangunan biasanya berasal dari latar belakang sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah sehingga mereka kurang memperhatikan higiene pribadi. Ditambah lagi dengan lingkungan kerja bersuhu panas, serta aktivitas kerja yang tinggi sehingga membuat mereka semakin banyak berkeringat dan menyebabkan stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuki Malassezia furfur.
E. Cara Penularan
Sebagian besar kasus PV terjadi karena aktivasi M furfur pada tubuh penderita sendiri, sehingga M.Furfur sering disebut sebagai “autothocus flora”, walaupun dilaporkan pula adanya penularan dari individu lain. Kondisi patogen terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi tertentu M.furfur akan berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya kelembapan kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing, malnutrisi, terapi kortikosteroid dalam jangka panjang, ataupun keadaan hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar