Cari Blog Ini

06/10/11

PSIKOSEKSUAL


Masyarakat sebenarnya sangat ingin tahu tentang ketidaknormalan perilaku seksual dan sebaliknya banyak orang malu punya masalah ini dan merasa terbebani dari kedekatan, rasa bersalah, membenci diri sendiri sebagai konsekuensinya. Kebanyakan orang tertarik pada permasalahan seksual orang lain dan khawatir akan ketidak normalan seksual mereka sendiri.  Mereka yang mengalami penyimpangan psikoseksual pada umumnya juga mengalami problem psikologis berupa gangguan emosi, anxietas (cemas), stres dan depresi. Karena mereka sering mendapat sorotan dan ejekan dari masyarakat jika diketahui adanya sesuatu yang menyimpang dari norma yang ada. Perilaku menyimpang ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul, tetapi merupakan akumulasi dari kehidupan masa lalu, baik itu pengalaman yang tidak menyenangkan, lingkungan, ataupun stres dari perubahan psikoseksual yang terjadi dan tidak dapat ditoleransi oleh orang tersebut. Berikut akan kita kupas tuntas tentang kehidupan psikoseksual yang merupakan bagian penting dalam kehidupan, terutama remaja yang notabenenya sedang berusaha menemukan jatidiri di berbagai aspek kehidupan, termasuk fungsi psikoseksual. 
Psikoseksual berarti perkembangan dan fungsi kepribadian yang dipengaruhi oleh seksualitas seseorang. Seksualitas merupakan proses kompleks yang melibatkan banyak sistem tubuh, antara lain sistem saraf, pembuluh darah dan hormonal. Selain itu, seksualitas juga dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan sosial, kepercayaan/agama dan penuaan. Fungsi psikoseksual yang sehat memerlukan emosi positif atau kebahagiaan.
Kita membedakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan psikoseksual yang meliputi:
a.    Sexual identity (identitas kelamin)
Identitas kelamin adalah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau kewanitaan tubuhnya. Hal ini tergantung pada ciri-ciri seksual biologiknya, yaitu kromosom, genitalia interna dan eksterna, komposisi hormonal, tetstis dan ovaria serta ciri-ciri sex sekunder. Dalam perkembangan yang normal, maka pola ini bersatu padu sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3 tahun sudah tidak ragu-ragu lagi tentang jenis seksnya.
b.    Gender identity (identitas jenis kelamin)
Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin kepribadiannya merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tak terhitung banyaknya dari pengalaman dengan anggota keluarga, guru, kawan, teman sekerja, dan dari fenomena kebudayaan. Identitas jenis kelamin dibentuk oleh ciri-ciri fisik yang diperoleh dari seks biologik yang saling berhubungan dengan suatu sistem rangsangan yang berbelit-belit, termasuk pemberian hadiah dan hukuman berkenaan dengan hal seks serta sebutan dan petunjuk orangtua mengenai jenis kelamin. Faktor kebudayaan dapat mengakibatkan konflik tentang identitas jenis kelamin dengan secara ikut-ikutan memberi cap maskulin atau feminim pada perilaku nonseksual tertentu. Umpamanya minat seorang anak laki-laki pada kesenian atau pakaian dicap feminin oleh orangtuanya dan mungkin ia sendiri sudah menganggap demikian. Seorang gadis yang suka olahraga, bersaing, dan berdiri sendiri menjadi ragu-ragu bila ia dicap maskulin.
c.    Gender role behaviour (Perilaku peranan jenis kelamin)
Perilaku peranan jenis kelamin ialah semua yang dikatakan dan dilakukan seseorang yang menyatakan bahwa dirinya itu seorang pria atau wanita, meskipun faktor biologik penting dalam mencapai peranan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, faktor utama ialah faktor belajar. Bila suami-istri menjadi tua, maka hubungan seks memegang peranan penting dalam mempertahankan kestabilan perkawinan. Dorongan seksual wanita meningkat antara umur 30-40 tahun dan orgasme dapat saja dicapai sampai pada usia tua. Seorang pria dapat melakukan aktivitas seksual sampai umur tua juga. Faktor paling penting dalam mempertahankan seksualitas yang efektif ialah ekspresi seksual yang aktif secara tetap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar