Cari Blog Ini

20/11/12

PROMOSI KESEHATAN WUJUD PENDIDIKAN KESEHATAN



dr. Nengah Adnyana Oka M., M.Kes.

Status kesehatan masyarakat menurut Hendrik L. Blum ditentukan beberapa faktor antara lain faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Penelitian di Amerika Serikat memberikan tempat utama bagi faktor lingkungan sebagai penentu derajat kesehatan masyarakat diikuti faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Menyimak makalah Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia yang telah saya susun sebelumnya, tampaknya terdapat perbedaan urutan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di Indonesia. Perilaku menjadi faktor utama yang berperan terhadap faktor-faktor yang lain, dimungkinkan karena kondisi sosial ekonomi negara berkembang seperti Indonesia memiliki karakteristik khusus terutama masalah pengetahuan kesehatan dan kemiskinan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat dan petugas kesehatan disamping program-program pengentasan kemiskinan yang sudah dilaksanakan pemerintah.

1.      Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menuurut Notoatmodjo (2003) merupakan bentuk respon manusia terhadap stimulus berkaitan dengan sakit dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku tersebut dapat bersifat pasif berupa pengetahuan, persepsi dan sikap, dapat pula bersifat aktif berupa tindakan yang nyata. Perilaku kesehatan berpengaruh terhadap faktor keturunan, faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan seperti yang diuraikan dalam makalah sebelumnya.

2.      Perubahan Perilaku

Agar dapat menciptakan kondisi yang mendukung terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan menciptakan prakondisi yang kondusif bagi keempat faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat menurut Blum, maka dibutuhkan serangkaian upaya untuk merubah perilaku masyarakat dan petugas kesehatan.

Perubahan perilaku dapat terbentuk dari tiga motif yaitu kesadaran sendiri (internalisasi), meniru atau mencontoh dan terpaksa atau karena takut. Perilaku yang terbentuk atas dasar kesadaran akan manfaat bagi seseorang akan bertahan lama menjadi budaya. Perubahan perilaku seseorang agar sesuai dengan yang diharapkan ternyata tidak hanya pada dimensi perilaku pasif seperti peningkatan pengetahuan, penyamaan persepsi dan sikap tetapi sesuai pendapat Lawrence Green bahwa perubahan perilaku agar tercapai perilaku aktif membutuhkan faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong.

Proses perubahan perilaku diakui sebagai salah satu faktor penting oleh petugas kesehatan dan pemerintah tapi sikap ambivalen tampak pada kenyataannya. Dukungan terhadap perubahan perilaku hanya pada tataran meningkatkan pengetahuan, sikap dan persepsi tentang perilaku sehat, sebagai akibat tidak tampak hasil langsung karena proses perubahan perilaku memang membutuhkan waktu. Pada tahap awal hanya akan tampak perubahan perilaku pasif tetapi dengan terus menerus didukung ketiga faktor menurut Green maka perilaku seseorang akan berwujud perilaku aktif. Sesuatu yang umum terjadi pada masyarakat yang belum menerapkan Paradigma Sehat secara mandiri akan cenderung menganggap masalah kesehatan hanya berupa upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Demikian halnya petugas kesehatan dan pemerintah yang lebih memberikan prioritas jangka pendek dengan penekanan pada pelayanan pengobatan seperti Program Jampersal, Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lain memberikan prioritas jangka pendek berupa pengobatan penyakit. Dilema ini dapat dipahami karena tuntutan masalah kesehatan di Indonesia begitu luas cakupannya sedangkan perilaku kesehatan masyarakat sejak dulu sudah terbentuk.

3.      Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam Notoatmodjo (2003) merupakan penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan berupa praktek pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan lahir dari asumsi mahluk sosial membutuhkan bantuan orang lain dalam mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat yang dalam proses pencapaiannya tidak lepas dari belajar. Proses pendidikan kesehatan memiliki tujuan agar masyarakat mengalami perubahan dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu memecahkan masalah kesehatan menjadi mampu.
Proses pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan secara perorangan, kelompok dan masyarakat sehingga disesuaikan dengan ruang lingkupnya. Proses tersebut berupa proses belajar yang tidak terlepas dari persoalan masukan (input), proses belajar dan luaran (output). Dalam proses belajar terjadi interaksi antara masyarakat yang belajar, pengajar atau pendidik, metode dan teknik belajar, media atau sarana belajar serta materi atau bahan ajar.

4.      Promosi Kesehatan

Upaya perubahan perilaku agar mengacu paradigma sehat telah dilaksanakan sejak jaman penjajahan Belanda. Diawali dengan istilah propaganda kesehatan berkembang menjadi pendidikan kesehatan rakyat, selanjutnya mengenal terminologi penyuluhan kesehatan dan promosi kesehatan. Perkembangan sejarah pendidikan kesehatan hingga terakhir tidak terlepas dari perkembangan globalisasi kesehatan. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan di Indonesia masih menggunakan pendekatan edukatif yang lebih menekankan transfer informasi kesehatan sehingga masyarakat dapat meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya. Pendekatan tersebut memiliki kelemahan antara lain motif internalisasi kurang dikembangkan karena masalah kesehatan lebih banyak ditentukan petugas kesehatan serta keterlibatan sektor lain di luar bidang kesehatan masih rendah.

Perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sesuai yang dicanangkan Presiden Habibie menggunakan Paradigma Sehat sebagai pendekatan seluruh sektor pembangunan sehingga kesehatan bukan lagi peran petugas kesehatan saja tetapi seluruh komponen bangsa.

Perkembangan konsep promosi kesehatan sejak tahun 1986 di seluruh dunia selaras dengan arah perkembangan pembangunan di Indonesia sehingga pendidikan kesehatan dipertajam dan dikembangkan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Promosi kesehatan mengembangkan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat dengan melibatkan potensi dan kemandirian masyarakat. Operasionalisasi promosi kesehatan adalah terciptanya budaya sehat dengan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pelaksanaan PHBS meliputi 5 tatanan yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum dan sarana kesehatan.

Strategi pokok yang digunakan promosi kesehatan dalam rangka mencapai visi dan misinya dapat disingkat ABG yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk mempengaruhi kebijakan agar memberikan kontribusi pada pertumbuhan perilaku dan lingkungan sehat. Bina suasana adalah upaya pembentukan opini publik untuk mengembangkan norma hidup sehat. Gerakan pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan upaya menggerakkan dan memberdayakan seluruh unsur dalam masyarakat agar memiliki perilaku hidup sehat.

Strategi tersebut dilaksanakan melalui 8 kegiatan antara lain advokasi, pembinaan suasana, pemberdayaan masyarakat, pengembangan kemitraan, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi promosi kesehatan, pengembangan sarana dan media promosi kesehatan dan pengembangan infra struktur promosi kesehatan.

Saat ini di Indonesia telah dijalankan konsep Desa Siaga sebagai wadah promosi kesehatan secara terstruktur. Konsep ini merupakan pengembangan konsep Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang telah ada sejak era 1975. Desa Siaga merupakan kondisi masyarakat memiliki kemampuan mengenal dan memecahkan masalah kesehatan secara mandiri memanfaatkan seluruh potensi yang ada. Pokja Desa Siaga ada di setiap kelurahan atau desa dengan pelaksana anggota Forum Kesehatan Desa yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa/ Lurah. Forum tersebut memiliki tugas melakukan identifikasi masalah kesehatan dan memusyawarahkan pemecahan masalah, merencanakan dan melaksanakan hasil kesepakatan serta melakukan evaluasi. Keanggotaan forum terbagi atas kelompok kerja upaya kesehatan, gotong royong, surveilance dan pembiayaan kesehatan. Petugas kesehatan memiliki peranan dalam advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat dengan pendampingan secara terus menerus Forum Kesehatan Desa tersebut.

KESIMPULAN

Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dilakukan terutama melalui perubahan perilaku sehingga terbentuk budaya hidup sehat. Proses pembentukan perilaku sehat lebih awet bila dilandasi kesadaran masyarakat akan manfaat perilaku hidup sehat. Perilaku sehat berwujud upaya masyarakat untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan. Pendidikan kesehatan sebagai upaya perubahan perilaku menuju perilaku hidup sehat dengan memanfaatkan potensi masyarakat secara mandiri akan mempercepat tercapainya keadaan derajat kesehatan masyarakat optimal. Promosi kesehatan adalah pengembangan pendidikan kesehatan dari sudut pendekatan, mengubah pendekatan edukatif menjadi pemberdayaan masyarakat. Strategi utama promosi kesehatan meliputi advokasi, bina suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat yang sudah diwujudkan dalam bentuk Desa Siaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar